Prolog
Amor Dei – Amor Fati.
Dua istilah tersebut sering dipertentangkan secara naïf dan liar oleh para
konseptualist religius dan juga pemuja hedonis. Amor Dei (cinta Tuhan) berasal
filsuf kearifan theosofi dari Baruch Spinoza sedangkan Amor Fati (cinta garis)
berasal dari kenaifan filsuf eksistensialis Friedrich Nietzhe. Namun demikian
kehidupan yang digelarNya sesungguhnya tidaklah selalu suram antara hitam dan
putih. Hidup bagaikan pelangi yang kaya warna yang membiaskan aneka ragam
paradigma kebenaran yang tersirat dari kenyataan yang tersurat. Kesejatian yang
merefleksikan keaslian dan juga kesemuan, kebenaran dan juga kepalsuan
tergantung dengan cara bagaimana kita memandangnya.
Disadari atau tidak
sesungguhnya kita semua adalah para Truth Seeker (pencari kebenaran) dan Dharma
Sekha (penempuh keabadian) yang belajar dari Tuhan - Satya Guru Abadi- melalui
siapapun juga dan apapun saja dalam perjalanan kehidupan ini. Permasalahannya
adalah seberapa baik kita mampu untuk senantiasa memahami kenyataan, menghayati
kebenaran dan menjalani ketaqwaan pada garis cintaNya. Kehidupan dunia sesaat
mungkin saja hanya memandang apa yang kita miliki dan nikmati namun demikian
progress keabadian akherat sesungguhnya mengutamakan bagaimana cara kita
mensikapi dan tindakan apa yang perlu untuk menjalaninya. Keberkahan in process
yang diupayakan lebih utama dari sekedar by product kesuksesan yang didapatkan.
Tuhan adalah Dzat Mutlak yang imanensi keluhuranNya melingkupi segala sesuatu
walaupun memang transendensi kekudusanNya tak akan mampu terjangkau siapapun
juga. Dunia dan akherat hanyalah terminology peristilahan bagi Fenomena dimensi
yang terpilah bukanlah Realitas esensi yang terpisah. Pada hakekatnya (baik
disini maupun disana - baik sekarang ataupun nanti) kita senantiasa berhadapan
denganNya. Segalanya berproses, berlanjut dan juga berdampak pada saatnya.
Episodes
Menjelang akhir tahun
2013 lalu (saya bersyukur) Tuhan telah menunjukkan hikmah keabadianNya yang
tersirat melalui hibrah kehidupan 3 (tiga) pribadi yang (bagi saya – tentu
saja) sangat menginspirasi, yaitu: Moez Massoud, Joko Widodo dan Jeff Gutt.
Sebagaimana kita semua setiap pribadi tersebut mengalami dan menjalani garis
kehidupan mereka masing-masing. Tiga orang tersebut memang tidak berkaitan satu
sama lain dan tentunya akan disikapi secara berbeda oleh setiap penempuh
keabadian. Namun ada satu mandala kebenaran yang dapat dibentuk dari mozaik
kenyataan dalam perjalanan hidup mereka untuk kita jadikan hibrah persepsi dan
sekaligus hikmah orientasi, bahwa hidup tidaklah layak hanya dipandang secara
naïf dan liar untuk sekedar menjadi, memiliki dan menikmati keduniawian belaka
namun yang paling utama perlu kearifan dan kebenaran untuk senantiasa
mensikapi, menjalani dan mengatasi segalanya agar berada dalam garisNya.
Berikut sharing
artikel beserta referensi data dan media yang saya usahakan untuk segera saya
reload dan upload dari berbagai sumber untuk anda browsing dan download..
- Moez Massoud : Hakekat kebersamaan, kesemestaan dan KeRobbanian.
- Jeff Gutt : Perjuangan Divine Phoenix Warrior
- Joko Widodo : Figur Perwiro,dan Prasojo
Ad.1.
MOEZ MASSOUD = TRUE
MESSAGE OF ISLAM
PRAKATA
=
Moez Massoud merupakan seorang pembawa
acara pada show TV dan Radio berbahasa
Inggris dan bahasa
Arab. Dia berasal dari keluarga yang biasa saja dalam kehidupan beragama Islam.
Dia masuk sekolah Amerika selagi tumbuh berkembang dewasa di Mesir dan Kuwait.
Selagi dia di Universitas, sejumlah
rekannya meninggal (terbunuh?) sementara diapun sekarat karena menderita tumor.
Berkaitan dengan penyakit yang dideritanya tersebut, dia bernazar kepada Tuhan
: "Let me survive this and I will dedicate my life to you." (Biarkan
aku bertahan hidup dan aku akan persembahkan kehidupan ini untukMu.”) Peristiwa
tersebut kemudian mengubah kehidupan manjanya.
Dia kemudian mulai belajar bahasa Arab resmi dan Qur’an serta juga rajin
beribadah ke masjid yang semula dikhawatirkan ibunya bahwa dia akan terpengaruh
oleh kelompok extremis. Hal yang kemudian hari ternyata tidak demikian adanya
walaupun dia memang sangat aktif menyebarkan nilai Islami kepada public
sebagaimana yang dijanjikan kepadaNya.
Berdasarkan cara pandang yang diungkapkannya
pada program acara atau wawancara, Moez Massoud tampak mendekati Islam dengan
cara yang utuh namun unik. Tidak sekedar pemahaman konseptual intelek
sebagaimana taqlid liberal para fundamentalis umumnya, namun juga melalui
penghayatan kontekstual intuitif pada hakekat nilai Islami yang sesungguhnya
(Apakah mungkin juga melalui penembusan spiritual insight dikarenakan
pengalaman mendekati kematiannya ? …. Walloohu ‘alam). Terasa nuansa realisasi
autentik ke-Esaan yang terpantul arif dari kedalaman tidak sekedar identifikasi
artificial pencitraan yang naïf di permukaan. Dalam usia yang relative muda,
dia mampu menghayati inti kebenaran (nyaris?) tanpa noda kefasikan yang bisa
dan biasa memperdaya para pemberdaya awal setiap pencari kebenaran. Agama sebagaimana
metoda Dharma yang lain adalah formulasi untuk realisasi diri bukan sekedar
untuk identifikasi semu. Diperlukan kesadaran tinggi dan ketulusan mendalam
untuk merengkuh hidayah Ilahiah dan tetap beristiqomah dalam GarisNya.
Kepicikan apalagi kelicikan adalah penghalang, penghambat sekaligus penyesat
utama untuk itu.
Moez Massoud antara lain menyatakan
bahwa melaksanakan ritual Islami hendaklah dilakukan bukan sebagai beban
kewajiban yang diharuskan sehingga hanya dijalankan dengan terpaksa sekedar
gugur kewajiban atau sebagai kepatutan belaka. Ritual eksternal tersebut adalah
refleksi suatu keinginan, kesadaran, ketulusan dan bahkan kerinduan internal untuk
mengingat Allooh (Remember Me – inward) di kedalaman yang berdampak pada
penegakan ibadah di permukaan (Establish Prayer – outward). Kearifan dan kecintaan
kepada Tuhan (ma’rifatullah dan mahabatullaah) sebagai dasar murni dari segala peribadahan.
Dia juga menekankan perlunya pilar
agama ke tiga, Ihsan (kemurnian hati) disamping Iman dan Islam. Ihsan adalah
kesadaran diri senantiasa berhadapan dengan Tuhan di setiap saat di segala
tempat (baik kini maupun nanti, baik disini maupun disana). Suatu upaya
pendekatan akhlaqiyah diri secara pribadi dan sejati kepada Tuhan disamping
akidah keimanan dan fiqih keislaman. Ihsan sering disisihkan bahkan diabaikan
dalam kehidupan beragama pada umumnya. (Mungkin ini sebabnya yang membuat umat
beragama walau mungkin bisa terbebas dari konsepsi kekafiran namun tetap bisa
saja fasik dalam refleksi kehidupannya). Nilai spiritualitas actual dan global
yang intens di kedalaman perlu diperhatikan tidak sekedar ritual formal saja di
permukaan. Bukan sekedar pemahaman ilmu tetapi juga tindakan laku mutlak
diutamakan sebagai kebenaran realisasi dan bukan sebagai identifikasi
pembenaran.
MONOLOG
=
Disini
saya akan melampirkan pidatonya yang berjudul "The True Message of Islam" (Pesan Sejati Islam)
pada konferensi The Search for Mutual Understanding (Mencari Pengertian yang Saling
Menghargai) tahun 2006. Semoga saya tidak begitu salah dengar dalam memahami
maksud yang dia ungkapkan baik yang tersurat terucapkan maupun yang tersirat
dimaksudkannya.
"The True Message of Islam" (Pesan Sejati Islam)
klik = Gambar Foto Di atas
atau langsung link videonya di bawah ini
http://www.youtube.com/watch?v=zDJVUnX0rwQ
klik = Gambar Foto Di atas
atau langsung link videonya di bawah ini
http://www.youtube.com/watch?v=zDJVUnX0rwQ
I would like to start
by …. saying something that I came to stand right next to you to make you cut
the interest short (?) because I
wanted to speak from my heart and not through any particular position that …
this temporary world may have given me. I’m also being very challenged right
now although I am a public speaker because I want to say meaning that…. is very
sincere. I think sincerity is something that is very difficult and very rare
commodity nowadays .. and I’m speaking for myself.
Saya akan memulai
untuk …. mengatakan sesuatu sehingga saya datang mendekat kepada anda untuk
menyela/menengahi pembicaraan menarik anda sekalian … karena saya ingin
berbicara dari hati saya sendiri dan tidak melalui segala jabatan khusus yang
…. dunia fana/sementara ini mungkin saja sudah berikan kepada saya. Saya juga
sangat tertantang saat ini ~ walaupun saya adalah pembicara public ~ karena saya akan mengatakan suatu
pengertian yang … sangat tulus. Saya fikir ketulusan adalah sesuatu yang sangat
sulit/rumit dan merupakan hal (komoditas) yang sangat langka saat ini .. dan
saya berbicara untuk diri saya sendiri.
I think that the very word ‘personality’
finding its root in the Latin word ‘persona’ means ‘mask’ …and I just don’t
want to have a mask as I speak. and I’m hoping before we all leave ~ as I am
sure all of us have already done we’ve shared our mask and trully looked at
each other’s faces trying to genuinely understand what each of us on the other
side truly represent.
Saya fikir inti kata
‘personalitas’ (kepribadian) ditemukan berdasarkan akar dalam kata Latin
‘persona’ yang berarti ‘topeng’… dan saya tidak ingin memiliki sebuah topeng
sebagaimana saya bicarakan. Dan juga saya berharap sebelum kita pergi
meninggalkan (tempat ini) … sebagaimana saya yakin kita semua sudah lakukan
dengan saling berbagi topeng kita masing-masing dan kemudian sungguh-sungguh
saling melihat wajah-wajah tersebut dan mencoba secara murni memahami apa yang
masing-masing dari kita pada sisi yang lain sebenarnya wakilkan/
ungkapkan.
I would like to read
a verse from the qur’an in personal pursuit of inspiration for what it is I
would like to say in following maybe two or three minutes if you allow me too.
Those who believe in Qur’an are going to listen to it seeing what Allaah the
creator is saying to them. But those who don’t don’t be abandoned. I’m not
patronizing you. Just listen to it as to worship for me to listen in Him.
Saya akan membacakan
sebuah ayat dari Qur’an dalam cita inspiratif pribadi sebagaimana adanya yang
akan saya katakan mungkin dalam dua atau tiga menit mendatang jika anda
memperbolehkan saya. Bagi yang meng-imani Qur’an (semoga) akan mendengarkannya
dengan memandang Allooh Hyang Pencipta sesungguhnyalah yang berkata kepada
mereka. Tetapi bagi yang tidak (mengimani), janganlah meninggalkannya. Saya
tidak akan merendahkan anda. Dengarkan saja ini sebagaimana ini merupakan
bentuk pemujaan bagi saya untuk mendengarkan firmanNya.
(QS Al Hujuroot : 13
)
Audzubillaahi minasy syaithoni rojiim.
Bismillaahir rohmanir
rohiim
Yaa
ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; (wa ja’alnaakum ….)
wa
ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila ~ li ta’aarofuu.
Inna
akromakum ‘indalloohil atqookum.
Innallooha
‘aliimun khobiir(un).
Shodaqolloohu
Robbik(a).
O
Mankind, We have created you from a male and female.
And
We made you peoples and tribes that you may know one another.
Surely
the most honourable of you with God is the most God conscious.
God
knows everything and is All aware.
Aku berlindung kepada Allaah dari syetan yang terkutuk.
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia
di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara mu
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal
Maha benar Allooh – Tuhan(mu).
A quick translation
of this would … allow me to say crude because
it is very difficult to try and
interprete for you (to) believe (that it) is ultimate truth … in another
language: O People, O humanity, O
mankind. We … and this is the Royal we have power ; it’s not plurality. We-God-
… We have created you from a pair from male and female, and we made you into
people and tribes that you may know one another …. that you may know one
another.
Terjemahan
cepat/singkat dari (ayat) ini .. izinkan saya menyatakannya secara kasar karena
adalah sangat sulit untuk mencoba dan menafsirkannya bagi anda untuk
mempercayainya sebagai kebenaran utama …. dalam bahasa lain : Wahai manusia, Kami .. ini adalah istilah keMuliaan
dari kekuatan yang kita miliki bukan suatu bentuk penjamakan. Kami – (yaitu) Tuhan. Kami telah menciptakan kalian dari
suatu pasangan laki-laki
dan perempuan dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal …. supaya kamu saling kenal mengenal.
I
think that I would like to leave it off saying that to me in this context
Allah, God is if I am allowed to say synomyous in this context with truth,
beauty, justice,and a sovereign good.
and I think that everybody here in one way or the other believes … and
I’ve met pretty much everyone here …
that everybody here believes that there is something true. You wouldn’t
be here if you believed that nothing can be true. and there is something
beautiful one way or the other again. and there is something good because
everybody has good in them, and that there is justice. But the only difference
between us is how we define respectively justice, truth, beauty and good. So
let me just tell you that Wallaahi by Allah I swear to you that all is
semantic.
Saya berpikir bahwa saya sebaiknya
menyatakan … bagi saya dalam kontek wacana ini … bahwa Allooh – Tuhan – jika
saya diizinkan untuk mengatakannya sepadan dalam konteks ini dengan kebenaran,
keindahan , keadilan, dan kebajikan Utama.
Dan saya berpikir bahwa semua orang di sini dengan satu cara atau lainnya
percaya … dan saya telah bertemu baik dengan banyak orang di sini … bahwa semua
orang di sini percaya bahwa ada sesuatu benar. Anda tidak akan di sini jika
anda mempercayai bahwa tiada yang mungkin benar. Dan ada sesuatu yang indah
dalam satu cara atau lainnya lagi. Dan ada sesuatu yang baik karena setiap
orang memiliki kebaikan dalam mereka. Dan ada keadilan (juga). Tetapi
satu-satunya perbedaan diantara kita sesungguhnya hanyalah bagaimana kita
mengartikan secara berurutan istilah keadilan, kebenaran, keindahan dan
kebaikan. Dengan demikian ijinkan saya untuk menyatakan kepada anda semua …
Walloohi, Demi Allooh,…. Saya bersumpah kepada anda semua bahwa itu hanyalah
peristilah semantic belaka .
And
who sit down enough and talk we will understand one another. Ultimately
everyone will see what is destined for him or her to see. But what ever it is
not only will we see through the veils but we will also love one another as has
happened and based on that give each other the respect that we have agreed to
give each other not because anybody forced anybody but because we love each
other and have become friends. Because ta’arofna and because we have gotten to
know one another.
Dan bagi siapa saja yang cukup
duduk dan berbicara kita (tentu) akan memahaminya satu sama lain. Pada
hakekatnya setiap orang akan melihat apa yang digariskan untuknya untuk
dilihat. Tetapi apapun juga kita tidak hanya akan melihat melalui cadar (secara
tersamar) tetapi juga kita akan juga mencintai satu sama lain sebagaimana yang
telah terjadi dan berdasarkan itu memberikan satu sama lain penghargaan bahwa
kita sudah menyetujui untuk memberikan satu sama lain tidak karena sesorang
memaksakan seseorang tetapi karena kita mencintai satu sama lain dan sudah
menjadikannya sebagai kawan/sahabat. Karena ta’arofna (Kami telah saling
mengenalkannya) dan karena Kami sudah membawanya untuk
mengetahui/mengenal satu sama lain.
I
think that Al – Sheik Bouti said : Rubadaratil nafiha (?). That perhaps a
harmful thing can bring up benefit. I think that a lot of benefit that has come
out of this and I am very happy to live in this world in this time to
experience this amazing human possibility of taaruf of knowing on another and
recognizing the common ground between us we all have a common denominator are
numerous different. That’s all. if I can use a mathematical example.
Saya berfikir bahwa
sebagaimana Al Sheik Bouti katakan : ‘rubadarotil nafiha’. Bahwa mungkin saja
hal yang menyakitkan akan dapat menghadirkan suatu manfaat. Saya fikir banyak
manfaat yang dapat didatangkan dari ini dan saya sangat bahagia untuk hidup di
dunia ini pada saat ini untuk mengalami kemungkinan insaniah yang menakjubkan
dari ta’aruf (saling mengenal) ini dan mengakui/bersaksi dasar umum di antara
kita semua yang mana kita semua memiliki penyebut umum yang (tampak) berbeda
ragamnya. Demikianlah. Jika saja saya
dapat menggunakan contoh (peristilahan) matematis.
May
we all in hope ~ for those who are religious I say a prayer and for those who
are not let just say we hope ~ … we look forward to understanding more deeply
what truth is in whatever way we believe it to be living a life of beauty,
living a life of truth, living a life of justice, living a life of good, and
therefore living a life of harmony and therefore having serenity in our heart
not living in agitation. May none of us ever be a source of agitation for one
another ever again.
Semoga kita semua
berharap ~ untuk mereka yang beragama saya katakan sebagai berdoa dan bagi yang
tidak izinkan saya mengatakan sebagai kita berharap (saja) ~ … Kita
mengharapkan untuk memahami lebih dalam lagi apakah kebenaran tersebut dalam
apapun cara yang kita percayai untuk (senantiasa) hidup dalam kehidupan yang
indah, hidup dalam kehidupan yang benar, hidup dalam kehidupan yang baik, dan
oleh karena itu hidup dalam kehidupan yang harmoni/selaras, dan oleh karenanya
(kita selayaknya) memiliki ketulusan dalam jantung hati nurani kita untuk tidak
hidup dalam permusuhan. Semoga tak seorangpun dari kita yang akan pernah
menjadi sumber permusuhan bagi sesamanya satu sama lain lagi selamanya.
I thank you very much for listening and I
apologize for talking too long
Saya ucapkan terima kasih banyak kepada
anda untuk mendengarkan dan saya minta maaf dikarenakan (saya) berbicara
terlalu lama.
Dengan segala hormat,
mohon anda fahami apa yang dikatakannya baik yang tersurat maupun tersirat (dan
tentu saja pada terjemahan saya juga yang mungkin agak ‘kacau’). Pemahaman
kontak lisan yang sering spontan agak berbeda dengan wacana tulis yang
terencana, terarah dan teratur . Perlu kepekaaan daya tanggap untuk memahami
keseluruhan pembicaraan (yang tidak selalu lengkap terungkap) disamping
keahlian daya tangkap atas apa yang (sanggup) disampaikan. Terlebih lagi perlu
disadari bahwa suatu kebenaran absolute sesungguhnya bersifat translingual
(melampui kapasitas kebahasaan kita), transrasional (melampaui rengkuhan penalaran
kita) dan transcendental (melampaui keberadaan fana kita).
PENUTUP
=
Massoud sering membicarakan
universalitas ketauhidan cinta dan kebenaran dalam ceramahnya sebagaimana pesan
di atas. Walau agak sedikit mengembang dari faham monotheisme Ilmu kalam fuqoha
(Asy’ari?) ke Pan-entheisme sufistik (Araby ?) namun syukurlah masih tetap
tidak tersesat ke pantheisme mistik (Al Halaj ?). Saya salut walau dalam
usianya yang relative muda (30-an) namun kebijaksanaan Robbaniahnya telah cukup
dewasa melampaui usianya.
Bhineka Tunggal Ika – tan hana Dharma
mangrwa. (Pada hakekatnya segalanya satu adanya – sesungguhnya tiada dharma
yang berbeda.) Prinsip Tauhid semacam ini memang sangat universal
tersurat/tersirat pada hampir semua Dharma Wacana dan Risalah Agama di dunia
ini (jika difahami, diselami dan dihayati secara utuh dengan intelek, intuisi
dan insight). Katakanlah ini semacam kaidah dasar yang mengembalikan titik
pandang pembiasan keragaman cahaya prisma pandangan keyakinan ke dalam satu
mandala tunggal kepastian akan satu realitas kebenaran dalam aneka fenomena
kenyataan. Hanya ada satu cahaya putih yang terbias dalam prisma menjadi ragam
cahaya pelangi yang dipandang berbeda dan dianggap istimewa. Demikianlah
Realitas kebenaran Ilahiah itu terjadi dalam aneka cara/tingkat kecermatan
pandangan kita pada fenomena kenyataan yang ada dalam pandangan saya
(berdasarkan pengamatan saya sebagai seeker terhadap sejumlah agama, aliran
mistik , system filsafat dan kultur budaya sejak masih muda hingga usia senja
ini).
Ada banyak hal lagi yang akan tumpang
tindih dan tidak jelas jika semua saya utarakan di sini. Oleh karenanya saya
akan menyudahinya dengan menyimpulkan pesan tersebut di atas sebagai ajakan
Moez Massoud agar kita semua menyadari bahwa perbedaan cara pandang kita sebenarnya
hanyalah ilusi belaka. Kesemuanya pada hakekatnya mengarah ke satu kebenaran
yang sama namun masing-masing perlu saling memahami, mengisi dan melengkapi
mosaic pandangannya ke dalam satu mandala kebenaran yang lebih utuh. Oleh
karena itu perlulah kita semua untuk saling menghargai cara pandang orang lain
dan menyadari keberadaan kita sebagai media (ayat/alat) bagi Tuhan untuk
menjaga dan membina kesemuanya dengan kebersamaan, dalam keselarasan dan untuk
keberdayaan semua.
NB =
“Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an
u’rafa fa khalaqtul khalqa fabi ‘arafu-ni,” (= “Aku pada mulanya adalah harta
tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal maka Kuciptakanlah makhluk dan melalui
Aku mereka pun kenal pada-Ku.”, Hadits Qudsi ?). Tuhan adalah Dzat Mutlak yang
keluhuranNya (kuasa dan kasih) melingkupi apapun juga namun kekudusan (wujud
dan DiriNya) tak terjangkau siapapun juga. Tuhan adalah wajibul wujud (Dzat
dengan keberadaan mutlak) sedangkan makhluk hanyalah mumkimul wujud (Sesuatu
yang keberadaannya sekedar diadakan atau bahkan bisa saja ditiadakan olehNya). Kita
sesungguhnya hanyalah media fana yang sekedar memantulkan kebenaran, kebaikan,
dan keindahan dimana sekedar merealisasi fitrah kerobbanian diri (mewujudkan
kesadaran akan kewajaran tersebut) dengan tanpa terlalu mengindentifikasi untuk
‘memancarkan’ ananiyah nafsani maupun berdefisiensi ‘mengharuskan’ kepamrihan duniawi.
Ketawadhuan dan keikhlasan memang suatu kelayakan untuk merealisasikan rasa
Syukur akan kesempatan untuk keberadaan dengan rasa Shabar (istiqomah – mantap
mensikapi, menjalani dan mengatasi
permasalahan yang ada sebagai sarana tarbiyah pemberdayaan diri) .
Laa Ilaaha
Illallooh – Huwa Maujud. (Al Kholq) Tiada
Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya) Maha Ada. Dialah
Hyang Maha Wujud dari segala keberadaan; Hyang Maha Kuasa pada setiap kenyataan
; Hyang Maha Kasih
dalam semua kebenaran. BagiNya segala wujud keberadaan, ibadah persembahan dan
tujuan pengarahan.
Laa ilaaha illalloohu
– Huwa Ma’buud. (Al Haqq). Tiada
Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus)
disembah. Segala
tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hanya dipersembahkan dari, oleh, dan
untuk kemuliaanNya. Para arif yang sadar keberadaan dirinya sebagai pengembara
keabadian sekaligus pemberdaya kehidupan senantiasa memandang baik disini
maupun disana, sekarang ataupun nanti dia selalu berhadapan dengan kemuliaan,
pengawasan dan perawatanNya. Dunia dan akherat hanyalah dimensi yang terpilah
bukan esensi yang terpisah. Segala yang dilakukan (baik batiniah, lisan atau
tindakan) akan selalu dinilai dan kembali kepadanya juga /entah disini atau
disana, entah saat ini maupun nanti./
Laa ilaaha illalloohu
– Huwa Maqshud. (al Baq) Tiada
Tuhan selain Allooh – Hanya Dialah (yang sesungguhnya layak dan harus) dituju. Segala
tindak peribadahan (zahiriah/batiniah) hendaklah dilaksanakan secara lillaah,
billah dan fillah. Lillaah maksudnya hanya untuk
Allaah (Rodhiyah = keikhlasan diri). Segala amalan hendaknya dilakukan hanya
untuk mencari keridhoan Allah. Hindari dari kefasikan untuk men-dua-kanNya
dengan kepamrihan nafsaniyah untuk bermegahan di majlis dunia yang fana. Ilallooh
(untuk Allooh) bukan ilayya (untuk kebanggaanku), ilainaa (untuk kepentingan
golongan kami), ilaihim (untuk kepentingan mereka). Billaah maksudnya hanya dengan
Allaah (Mardiyah = Allloh meridhoi). Terhindar dari
kefasikan untuk men-dua-kanNya dengan kebanggaan nafsaniyah diri untuk bermegahan
di majlis dunia yang fana. Hanya dengan karunia panduan hidayah dan bantuan
segala amalan usaha kita bisa terjadi. Seandainya Allaah tidak memberikan
anugerah kehidupan, inayah kesempatan dan hidayah kesadaran mustahil amalan
bisa dilakukan. Fillaah maksudnya dalam
Allaah (Kamilah ?= ketawadhuan sejati merasa sekedar media biasa bukan sebagai figure sempurna?). Terhindar
dari kefasikan akan kemelekatan diri. Tanpa kita sekalipun Tuhan sesungguhnya
mampu merealisasikannya melalui media lain yang dikehendakiNya. Kesadaran Realisasi
reflektif (perwujudan – sekedar media pemantulan) bukan identifikasi ananiyah (kebanggaan
pengakuan untuk pembenaran) apalagi defisiensi duniawi (kepamrihan perolehan dalam
kepentingan).
Yaa
ayyuhalladziina aamanut taqullooha ; wal tanzhur nafsum maa qoddamat
lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun
bimaa ta’maluun; wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~
ulaa-ika humul faasiquun; Laa yastawi ashabun naari wa ashabul
jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun. (QS 59 : 18 -20) =
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan
penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang
beruntung.
Demikian
kutipan ayat muhasabah Firman Ilahi; Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai
makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya
betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal
Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal
dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr.
Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah
paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga
akan kembali menjadi realisasi akhir
bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak
bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada
ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya
mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya
relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada
kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya
sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia
adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan
kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu
meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya
= Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya
(termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) –
ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah
menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena
terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada
akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal
0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak
berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah
pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena
ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran
kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena
sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)
Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan
kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam
keridhoan dan petunjukNya).
Dalam
pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia
mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek
(yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak
diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan
mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional
Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/,
8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun
demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa
makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran
10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo
novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia
dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi
ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan
bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan
bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi
pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic,
maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh,
untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran.
Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara
berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak
terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap
diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain). Hanya mereka yang telah
menghayati surga di hatinyalah (karena hidayah kuasa kasih yang terpancar dari
wujudNya telah melingkup hati hambanya - bukan sebaliknya ?) yang kemudian akan menghadirkan surga di
dunia ini (memberkahi kehidupan dengan kuasa kesejahteraan dalam kebersahajaan kasih
dan tidak melakukan pembenaran akan pengrusakan dan bermegah dengan kesombongan
apapun bentuknya) sehingga layak mendapatkan surga di sisiNya kelak. Tanah (baca: jasad) memang kelak akan
kembali ke bumi (baca: mayat) sebagaimana harusnya namun demikian cahaya (baca: ruh atau sekedar jiwa ?) sebagaimana layaknya kembali (untuk
selalu menghadap) ke Sumbernya (Tuhan).
Yaa ayyatuhaan nafsul muthmainah; Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam
mardhiyyah ; Fad khulii fii ‘ibaadii; Wad khulli jannati (Hai jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. QS 89: 27 – 30)
Ad.2. JEFF GUTT = THE PHOENIX WARRIOR
klik = Gambar Foto Di atas
atau langsung link videonya di bawah ini
Jeff Gutt (Jeffrey Adam
Gutt) mungkin nama yang asing bagi rekan pembaca di Indonesia. Sekedar info singkat,
dia adalah salah satu peserta X factor USA tahun 2013. Memang dia ‘hanya’
mencapai runner-up berdasarkan voting pilihan mayoritas suara dalam kontes
sehingga gagal meraih hadiah rekaman 1 milyar. Satu pertanyaan mungkin
terlintas di benak anda: lantas apa istimewanya figure ini diekspose jika ia
bukan juara pertama (walau juara ke-dua toh tetap pecundang) ?
Disadari atau tidak, pada
dasarnya kita semua belajar dari Tuhan lewat apapun juga ,melalui siapapun
saja. Setiap makhluk adalah truth seeker (pencari kebenaran) dan sekaligus
Dharma Sekha (penempuh kenyataan) dalam hidup ini. Senantiasa ada hikmah
ilahiah (yang sejati sebagai ilmu dan laku) dibalik hibrah alamiah (yang tampak
samar bahkan terkadang semu) akan maksud kebijaksanaan Tuhan yang mungkin kita
terima namun tidak kita mengerti. Tidak semua yang kita inginkan terwujud dalam
kenyataan. Apa yang baik bagi kita belum tentu baik bagi Tuhan ; demikian
sebaliknya. Hidup adalah amanah bukan sekedar anugerah apalagi musibah.
Tampaknya memang ada perbedaan mendasar bagaimana dunia ini memandang dengan
cara Tuhan menilai. Kita dinilai bukan sekedar dari kesuksesan yang kita terima
dan miliki di permukaan, namun dari keberkahan dari cara kita men-sikapi
kenyataan dan cara kita menjalani kehidupan di kedalaman. Coram Deo (Hidup yang
selalu sejati dalam pandangan Tuhan) tidak sekedar coram geo (hidup yang
mungkin semu dalam kelaziman duniawi) apalagi coram ego (hidup yang bisa liar
dalam kenaifan diri). Dengan cara demikian kita senantiasa bisa memilah dan
memilih hikmah kebenaran tidak sekedar hibrah kenyataan apalagi hijab kesemuan
yang mungkin akan menyesatkan pandangan kita sebagai pengembara keabadian.
Melalui sebuah titik
perjalanan garis keabadian ini (pengalaman pribadi sendiri, kejadian orang lain,
dan aneka peristiwa) kita mengkaji kebenaran yang tersirat pada kenyataan yang
tersurat pada hidup ini sebagai introspeksi dari masa lalu, untuk realisasi
pada waktu ini dan sebagai orientasi bagi saat nanti untuk tetap selalu
memberdaya diri (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan). Jeff adalah
figure sederhana ke-dua yang saya ajukan, sesudah Moez Massoud dan sebelum
Jokowi nanti.
EPISODES
TAHUN 2012
Jeff Gutt adalah vokalis
band dry cell dan kemudian BWNN (band with no name). Karirnya sebagai musisi
tidaklah sebagaimana yang diharapkan. Kejadian tersebut sangat mengecewakannya sehingga membuatnya frustasi
dan berhenti dari kegiatan music yang dicintainya sejak kecil. Namun demikian
kehadiran seorang anak (Talon) membuat single parent ini bangkit untuk memenuhi
tanggung jawabnya untuk kembali ke jalur musik.
1. Haleluyah
20 September 2012 Jeff mengikuti audisi dan membawakan lagu Hallelujah dari Leonard Cohen yang sangat unik (versi Rock bukan gospel). Salah satu audisi music terbaik yang saya dengar selama ini (disamping : Susan Boyle – UK , Choi Sung Bong - korea , dan Wudamu- China). Histeria penonton dan pujian para juri (Simon Cowell, Britney Spears, Demi Lovato dan L.A. Reid.) layak diberikan baginya. Bahkan (sekedar bercanda) Tuhanpun akhirnya menyuarakan gemuruh menyambutnya.
20 September 2012 Jeff mengikuti audisi dan membawakan lagu Hallelujah dari Leonard Cohen yang sangat unik (versi Rock bukan gospel). Salah satu audisi music terbaik yang saya dengar selama ini (disamping : Susan Boyle – UK , Choi Sung Bong - korea , dan Wudamu- China). Histeria penonton dan pujian para juri (Simon Cowell, Britney Spears, Demi Lovato dan L.A. Reid.) layak diberikan baginya. Bahkan (sekedar bercanda) Tuhanpun akhirnya menyuarakan gemuruh menyambutnya.
NB = tentang lagu Haleluyah. Haleluyah berasal dari bahasa Ibrani Aleluyah
yang berarti terpujilah Tuhan (Alhamdulillaah?). Pada mulanya saya mengira ini
adalah lagu gospel gerejani. Namun kemudian setelah memahami makna lirik di
dalamnya ditambah sejumlah referensi, saya berpandangan lain. Lagu ini
mengisahkan perjalanan hidup manusia dalam menghayati arti cinta. Kejatuhan
Samson dan terutama duka penyesalan Daud atas ternodanya cinta dia kepada Tuhan
karena terlena akan cinta birahi yang menyebabkan dia berdosa sebagai manusia
(kisah cinta segitiga Daud, Betsheba dan Uria). Agape (cinta kepada Tuhan) seharusnya
memang diletakkan sebagai pemberdaya paling utama bagi orang beriman agar
manusia lebih mementingkan kebenaran yang lebih luas dan abadi (walau tidak
mudah) dan tidak sekedar membenarkan kepentingan sesaat yang bersifat pribadi
(walau tampak indah). Kesadaran nurani untuk tidak menjadi naïf dan liar
terhadap naluri untuk tidak mudah terjatuh bukan saja perselingkuhan birahi
namun juga kesewanangan insani sehingga Agape (Cinta KeIlahian) dapat menjadi
benteng utama eros (nafsu birahi) dan media luhur bagi filia (cinta
kemanusiaan). Bandingkan versi asli lagu Leonard Cohen
tersebut dengan lagu Jeff menjelang konser amal call of Angel di station
televisi
2. Kandas di Bootcamp
Namun demikian Jeff Gutt akhirnya tereliminasi
di bootcamp. Lagu duet “If I Die Young" dari The Band Perry tidak menghantarkannya lolos ke babak
selanjutnya. Hal yang sangat mengecewakannya saat itu. Beberapa waktu kemudian,
di Access Hollywood seorang juri Simon Cowell menyatakan satu
penyesalannya adalah memulangkan (potensi sehebat Jeff) terlalu dini. 29 Maret 2013, Jeff Gutt merelease lagu
"Hallelujah" melalui vimeo. Jeff sesungguhnya bukan hanya seorang pembawa
lagu namun juga pencipta lagu. Stay adalah salah satu lagu yang dia cipta
bersama BWNN.
TAHUN 2013
3. Welcome Back, Phoenix.
3. Welcome Back, Phoenix.
18 September 2013 dia kembali mengikuti
audisi. Lagu pertama “I Don't Want to Miss a Thing" dari Aerosmith dihentikan. Sehingga ketika diberikan kesempatan untuk mencoba lagi,
dia kemudian mengajukan lagu ke-dua "Creep"
dari Radiohead.
NB: perhatikan expresi kekecewaan kala Simon
Cowel menghentikan lagu pertama Jeff. Kedewasaan menerima penghentian,
kesantunan menerima alasan dan kesediaan mencoba kesempatan ke-dua. Walaupun
agak ragu di awal,Jeff kembali menunjukkan keautentikannya mengekspresikan lagu
sebagaimana diharapkan dan hasilnya sangat sensasional … sesuatu yang bahkan
tidak dinyana olehnya. Pujian juri dan histeria penonton kembali mengiringi
kelolosannya pada audisi tahun ini. Selamat datang kembali, phoenix ~ burung
yang lahir dan bangkit kembali dari kematian.
4. Memulai Kompetisi
4. Memulai Kompetisi
2 Oktober 2013 dia kembali mempesona dengan
penghayatan lagu Amazing Grace" dari John Newton melalui power voicenya. Jeff lolos bersama sejumlah kontestan lain
dalam 4 kategori (Boys, Groups , Girls, Over 25 ). Di kategori over 25 Jeff
berada dengan mentor Kelly Rowland eks personil Destiny’s Child.
NB: Lagu Amazing Grace mengisahkan kesungguhan
pertobatan seseorang untuk kembali ke Jalan Tuhan setelah ketersesatannya.Walau
singkat, Jeff menyanyikannya sangat impresif.
5. Melanjutkan Kompetisi
5. Melanjutkan Kompetisi
Kompetisi penyisihan berlanjut. Pada mulanya
lewat tayangan televisi local B-Chanel saya sesungguhnya lebih memperhatikan
Carlos dari peserta lainnya (termasuk Jeff yang saat itu belum saya ketahui
track recordnya). Namun sayang, penderita Tick syndrome yang sesungguhnya
sangat impresif dalam berjuang ini harus tereliminasi dini.
29
October 2013 = "Try” dari Pink
6
November 2013 = "Say You, Say Me” dari Lionel Richie
7
November 2013 = "In the Air Tonight" dari Phil Collins
13
November 2013 = "(I Just) Died in Your Arms" dari Cutting Crew
20
November 2013 = "Bohemian Rhapsody" dari Queen
Jujur saja, terkecuali untuk 2 lagu awal,
secara pribadi saya kurang begitu terkesan dengan perfoma Jeff pada mulanya.
Walaupun sesungguhnya dia sudah tampil maksimal untuk tampil sempurna, namun
terlihat seakan dia berusaha memaksakan diri sehingga kurang impresif.
Ekspresif (mungkin) ya, namun autentik (sayangnya) tidak. Simon Cowel
mengkritisi secara jeli bahwa keinginan yang berlebihan untuk tampak sebagai
Rock Star justru menjadi penghalang utama Jeff dalam mewujudkan potensi
dirinya. Realisasi autentik yang sejati bukan sekedar identifikasi artificial
yang semu diharapkan baginya. Untunglah dia kemudian kembali lolos ke babak
selanjutnya untuk membuktikannya.
6. Great Favorite
Akhirnya Jeff Gutt menemukan dirinya yang
sejati sebagai universal singer melalui panduan sang mentor Kelly Rowland (dan
juga kursus singkat Michael Buble).
27 November 2013 "Feeling Good" dari Anthony Newley and Leslie Bricusse
NB = Lagu Feeling good – persembahan Jeff Gutt
kepada ayahnya Greg Gutt - mengingatkan saya tentang perlunya bersyukur
menerima apapun juga dengan perasaan baik (The Secret – Bryan Rhodes ; The Law
of Attraction).
Jeff sungguh membawakan lagu tersebut dengan
sangat mantap luar biasa. Autentik, masculine, dan mempesona baik dari power
voice maupun stage act. Disamping itu, saya sangat terkesan dengan perkataan
Greg Gutt yang begitu tulus menyentuh sebagai seorang ayah yang sangat bahagia
(dan bangga?) dengan keberadaan anaknya yang sedang berjuang di kompetisi
tersebut: “Saya bukanlah orang kaya, saya tidak mempunyai banyak uang
(sebagaimana juga dia – Jeff). Tetapi ketika saya menyaksikannya di pentas
(pujian juri dan pemirsa) … saya (merasa) sayalah orang paling kaya di dunia
ini.”
7. Great Competitor
7. Great Competitor
4
December 2013 "Without You" dari Mariah Carey & "Daniel" dari Elton John
NB = Walau dari segi artistic penampilan,lagu
"Without You" dari Mariah Carey lebih bagus dan memukau, namun secara pribadi (bukan kritisi seni atau
komentar para juri) saya lebih menyukai kesederhanaan lagu akustik "Daniel" dari Elton John. Terdengar wajar dan tulus sebagai persembahan Jeff kepada saudara
sepupunya – Dan, seorang marinir. Kelihaian permainan gitar Jeff tampak pas
mengiringi lagu tersebut. Disamping itu, saya sangat terkesan dengan perkataan
Dan Gutt yang begitu bijak sebagai seorang kakak (sepupu) dalam menerima
keberadaan saudaranya apapun juga yang terjadi: “Jeff, tidak masalah apa yang
akan terjadi (nantinya). Kamu akan selalu memiliki X factor bagiku.” Pernyataan
yang sangat bijak untuk tetap menerima keberadaan seseorang apa adanya dan
mengharapkan selalu kebaikan atasnya. Tak perduli berhasil atau gagal, menang
atau kalah …. Keberkahan perjuanganlah yang diharapkan. Kebenaran Kasihlah yang
diutamakan.
8. MENUJU FINALE
8. MENUJU FINALE
11 December 2013 Jeff melantunkan lagi lagu
favorit pemirsa Hallelujah dari Leonard Cohen; duet dengan Restless Road "Every Breath You Take" dari The Police & lagu spektakuler "Demons" dari Imagine Dragons. Bravo, Jeff.
12 December 2013 Jeff dinyatakan lolos dalam
kompetisi tersebut. Lagu "Open Arms" dari Journey dia nyanyikan kemudian.
9. FINALE
9. FINALE
18 December 2013 bersama kontestan lain Alex & Sierra dan Carlito
Olivero, Jeff melantunkan lagu We Will Rock You dari Queen's. Kemudian dia menyanyikan lagu fantastis
"Dream On" dari Aerosmith; "Iris" dari Goo Goo Dolls duet bersama John Rzeznik dan terakhir lagu "Creep" dari Radiohead.
Sesungguhnya malam itu secara kualitas adalah
malam Jeff dikarenakan tema Rock diajukan. Lagu bersama yang dinyanyikan
bersama sudah cukup untuk membuktikan kualitas ke 3 kontestan tersebut di zona
nyaman Jeff. Namun jujur saja saya kurang begitu suka sequens urutan 3 lagu
terakhir. Seandainya urutan dibalik kemungkinan akan lebih baik lagi. Lepas
dari komentar para juri. Dream on adalah lagu rock murni terhebat yang
dibawakan Jeff selama ini. Namun lagu tersebut terasa sangat menguras energi
dan seharusnya justru diletakkan di bagian akhir sebagai top klimaks. (Simak
dampaknya di dua lagu berikutnya yang walaupun masih tampak bagus namun tampak
kurang total ‘greget’nya). Pada akhir lagu Iris Jeff agak ‘telat masuk’
sedangkan Creep walaupun lebih ‘jangkep’ dan bergaya serta penuh penjiwaan
daripada ketika audisi namun akhir makna liriknya terasa kurang pas sebagai
lagu terakhir seorang True Warrior (pejuang sejati). Harapan terakhir Kelly yang
walau terdengar baik namun terasa kurang tepat disimak. Tampak agak
mengeksploitasi Talon (yang sesungguhnya tampak tidak suka). Jeff adalah
pejuang hebat yang walau mungkin layak memenangkan kontes tersebut karena
keunggulan kualitas dirinya dibandingkan yang lain namun tampak kurang
kuantitas mayoritas pendukung (yang pastinya akan kalah dengan dasar statistic
Itunes dan terbatasnya voting para pendukung di Amerika dibandingkan kontestan
duet Alex & Siera). Namun demikian hendaklah kemenangan tidak juga
berdasarkan iba empati orang lain (yang pastinya salah). Bagi seorang True Hero
(pejuang sejati) bukan sekedar Fake Idol (idola semu) permasalahan Benar dan
tidak salah adalah hal krusial yang mendasar untuk diutamakan ketimbang
permasalahan Menang atau kalah sehingga harus menghalalkan segala cara
(jor-joran voting,dsb). Keberkahan sejati hendaklah diutamakan mengatasi
kesuksesan yang walaupun tampak megah di permukaan namun bisa saja semu di
kedalaman. (Terdengar agak naïf, lebai atau idealis, ya ? )
10. RUNNER UP
10. RUNNER UP
19 December 2013 adalah hari pengumuman
pemenang X factor USA 2013. Voting sudah ditutup.
Jeff Gutt menyanyikan lagu religious "O Holy Night" dari Adolphe Adam. Kembali ini lagu terbaik yang dinyanyikan 3
kontestan yang tersisa walau sayang tidak berarti banyak karena voting sudah
ditutup. Walau saya seorang Muslim (dan Insya Allooh selalu tetap istiqomah
dengan keimanan saya), namun sebagai pemerhati segala Dharma Ilahiah - saya
terkesan ketika mendengarkan keindahan penghayatan suara Jeff dalam menyanyikan
lagu gospel gerejani ini.
NB : JAG Army dan fans Jeff lainnya di Detroit
sangat meriah menyambut Jeff lewat tayangan televisi. Namun demikian, saya
sangat terkesan dengan perkataan anaknya, Talon yang mengharukan Jeff: I just want to be like you. You're the best daddy ever," “Aku
hanya ingin menjadi sepertimu. Kau adalah ayah yang terbaik”. Pernyataan yang
sangat polos dari seorang anak yang memandang keberadaan dan semangat
perjuangan Jeff sebagai keteladanan adalah lebih daripada cukup baginya untuk
senantiasa mencintai, menerima dan menghormatinya sebagai seorang ayah …
alih-alih dengan memaksakan secara naïf ‘tuntutan’ keinginan (menjadi dokter?).
Menjadi pribadi yang baik sebagaimana yang Tuhan kehendaki perlu diutamakan
daripada profesi apapun juga yang Tuhan akan berikan padanya kelak. (Hidup
adalah amanah)
Setelah Carlito Oliviero diumumkan
tereliminasi (secara terhormat sebagai pejuang yang pantang menyerah
sebagaimana Jeff nantinya), Jeff Gutt tampil bersama Alex & Sierra dengan lagu Love Me Again dari John Newman. Dalam genre lagu yang sesungguhnya merupakan
zona nyaman Alex & Siera inipun, Jeff tampak mampu mengimbangi bahkan
mengatasinya pada akhir lagu. Namun agak berbeda dengan kala berhadapan dengan
Restless Road sebelumnya, ini tidak berpengaruh sama sekali karena Voting
memang sudah ditutup dan tinggal diumumkan hari ini.
Dan akhirnya sebagaimana yang telah diprediksi
sebelumnya Alex & Siera memenangkan kontes ini dan berhak memperoleh hadiah
rekaman berkontrak 1 milyar (selamat !). Sementara Jeff Gutt tereleminasi
sebagai runner up (A&S= 8.27 juta vs JAG= 7.9 juta suara).
NB: Terlepas dari hasil final tersebut, saya
kembali harus salut kepada Jeff dalam menerima kenyataaan ini dan mensikapi
“kegagalannya” ini secara lebih dewasa dan sangat positif (daripada tahun lalu
?). Kepada pemenang Alex & Siera, Jeff mengucapkan selamat dan berharap
akan dapat segera membeli album mereka. Jeff juga menghormati Simon Cowell -
mentor mereka – yang walau mengakui ketangguhan Jeff namun tentu saja sangat
menaruh harapan pada anak asuhnya sendiri (A&S) untuk memenangkannya. Jeff
juga sangat berterima kasih kepada mentornya Kelly Rowland yang telah sangat
membantunya keluar dari tempurung pembatas potensi dirinya selama ini. Kepada
para fansnya, dia juga mengatakan: “I owe you guys everything and I'm not going
to give up," (saya berhutang atas segala dukungan anda semua dan saya
tidak akan menyerah /untuk berjuang kembali).
PENUTUP =
Tahun 2014 ini saya tidak terlalu banyak
membaca perkembangan Jeff Gutt melalui media. Namun dari sejumlah pemberitaan
pada Facebook dan Twitternya, dia tampak mulai kembali bangkit menata hidupnya
lagi dan merintis kembali karir sebagai musisi. Merekrut crew band, tour, dan
merelease promo baru. Di Youtube dia juga meng-upload lagunya sebagaimana lagu sebelumnya. Ada kedewasaan filosofis yang terasa dari tahun sebelumnya (Hope).
Well,
Dream on till all come true. Whatever it happens, always be a True Divine
Warrior. (Baiklah, bermimpi/ berusahalah terus hingga semuanya akan menjadi nyata.
Apapun yang terjadi, tetaplah selalu sebagai Pejuang Ilahiah yang Sejati.)
Ad.3. JOKOWI
klik = Gambar Foto Di atas
atau langsung link videonya di bawah ini
PRAKATA
=
Almarhum Romo Mangun (YB Mangunwijaya) pernah
menyatakan bangsa ini perlu transformasi tidak sekedar reformasi. Karena,
sebagaimana Burung yang perlu dua sayap untuk terbang dan Manusia yang perlu
dua kaki untuk melangkah; demikian juga bagi bangsa ini yang memerlukan
Transformasi dan Transparansi untuk menjalani dan mengatasi kehidupannya.
Transformasi adalah pemberdayaan keseluruhan diri,suatu proses metamorfosis
perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Dia bukanlah sekedar reformasi,suksesi
pergantian di luar namun tanpa perbaikan di dalam.(Sehingga: Walau bentuk
system permukaan tampaknya berubah, namun kultur kedalaman agaknya sama saja.
Tokoh berganti tetapi tetap tanpa fungsi.) Tampaknya memang Perlu Transformasi
pemberdayaan yang sejati bukan hanya untuk kebaikan tetapi juga kemajuan negeri
ini. Perlu Transparansi keterbukaan yang sejati bukan hanya untuk kepercayaan
tetapi juga untuk keteladanan di negeri ini. Agar dengan demikian Transendensi
keberkahan Robbani akan segera terjadi dan kesuksesan duniawi juga Insya Allooh
akan mengikuti.
Namun demikian kita para anak bangsa agaknya
terlalu naïf untuk memahami hal ini dan (bagaikan lingkaran setan ~ siklus
Polybius) sangat sering mengulangi kesalahan sejarah yang sama. Ketika
absolutisme demi stabilitas menampakkan dibiarkan maka tampak jelas sisi
keburukan kezaliman yang membuat kita muak dan beralih kepada kebebasan. Ketika liberalisme demi stabilitas
kebablasan dan menampakkan sisi keburukan keliaran ; kita kembali muak dan
beralih ke kemapanan. Demikian seterusnya terjadi di dunia ini. Manusia memang
berpotensi baik (arif & asih) namun cenderung buruk (naïf & liar).
Mandala kebersamaan manusiawi yang tidak berlandaskan tiga pilar transformasi,
transparansi dan transendensi tampaknya memang telah digariskan oleh-Nya untuk
tidak akan menerima keberkahan abadi. Rhetorika visi program walau terkemas
(sangat) sempurna namun tanpa realisasi aksi tindakan yang terwujud (walau)
sederhana akan percuma. Istighotsah permohonan tetap mutlak memerlukan
istiqomah pelayakan agar tidak menjadi sia-sia. Bangsa ini walaupun memang
secara alamiah telah terus beranjak tua namun kelihatannya tak akan pernah
menjadi dewasa.
Harapan akan mitos Satrio Piningit, Noto
nagoro, dan Ratu Adil semula diekspose dan diotak-atik dan dipolitisir pada
waktu itu. Wah .. tidakkah kita sadari bahwa tokoh tersebut adalah seluruh
putra bangsa. Karena bangsa ini hanya akan bangkit untuk menjadi baik dan maju
jika semua putra bangsa (tidak hanya satu satrio atau ratu adil saja) terjaga
untuk memberdayakan diri dan bangsanya.
EPISODES
=
Semula saya akan mengutarakan Jokowi - tokoh
unik dan aneh (istilah Abraham Samad) baik ketika dia menjabat sebagai wali
kota Solo dan gubernur DKI jaya. Saya merencanakan akan menuliskannya bahwa
pejabat public yang “Genah tapi Nglumrah” (karena konsisten blusukan bukan
pencitraan hanya untuk memikat saja?) – “Mantep tanpo anggep” (potensi tidak
sekedar ambisi) dan memandang tugas jabatan sebagai amanah keberkahan bukan
musibah kerepotan atau anugerah kewenangan sesungguhnya bukanlah pribadi yang
unik dan aneh jika dipandang tersirat dari kedalaman tidak sekedar yang tampak
dipermukaan. Politik tidaklah sesuram kutipan pandangan akademisi ataupun
intrik kekuasaan politisi birokrasi sebagai sekedar conflict of interest yang dibenarkan untuk kekuasaan belaka. Tidak ada yang salah dengan istilah
‘dharma’ apapun juga karena kesalahan umumnya dilakukan oleh pelaku dalam memandang dan bertindak. Kemasan sistem yang baik
bisa saja buruk jika kultur pelaksanaanya tidak baik dengan tidak mementingkan kebenaran namun hanya membenarkan kepentingan saja. Dengan akalnya manusia bisa menjadi mulia dengan 'ngakalke' pemberdayaan bagi dirinya dan kebersamaan secara sadar dan tulus namun dengan akalnya juga manusia bisa menjadi nista dengan 'ngakali' dirinya sendiri dan orang lain secara picik dan licik. Konteks Ihsan Coram Deo (merasa selalu berhadapan dengan Tuhan yang begitu jeli mengawasi bukan saja sebatas pencitraan di permukaan namun hingga lintasan batin di kedalaman) memang mutlak ditekankan ketimbang coram deo (pencitraan duniawi karena merasa hanya berhadapan di dunia ini saja saat ini) apalagi hanya coram ego (pengumbaran nafsu diri untuk berkuasa dan memperdaya sesama). Rela berkorban (waktu dan tenaga) di Jalan AmanahNya bukan tega mengorbankan (kesejatian diri dan orang lain) perlu disadari mereka yang 'terpanggil' menjadi pemimpin bangsa bukan penguasa belaka.
Namun demikian terpaksa saya harus menunda
sementara ini dikarenakan keberadaan 'mas' Jokowi menjadi kandidat di Pilpres mendatang.
Agak sungkan menuliskannya dalam waktu ini karena bisa saja walaupun saya hanya
ingin mengajukan sisi kemanusiaannya saja (sebagaimana dua pribadi sebelumnya)
namun artikel ini bisa disalah-tafsirkan sebagai kampanye politik.
PENUTUP
=
Tentang Jokowi mungkin akan saya utarakan lain kali saja. Sementara ini biarkan saja orang lain baik yang pro dan kontra (sekedar kepentingan politik bukan untuk perhatian sisi kemanusiawiannya ?) yang membicarakannya. (Tasamuh atau Taqiyah = toleran menghargai hak berpandangan orang lain walaupun mungkin tampak berbeda namun semoga saja tetap tersampaikan dengan Haq - Sunni ~ Syiah)
EPILOG
=
Membicarakan
kebaikan (bukan mengidolakan) orang lain sebelum tiba saatnya dia berada dalam situasi dan kondisi negatif dalam kehidupannya (tidak sekedar pada situasi kondisi positif belaka) bahkan hingga menjelang akhir kematiannya sebetulnya beresiko juga. Karena manusia walaupun berpotensi baik namun juga
cenderung buruk. Bisa saja yang kita puja sekarang akan kita cela pada masa
mendatang karena kekhilafan (keburukan dan kesalahan yang bersifat pribadi bukan semata kemalangan atau kegagalan yang bersifat kompleks) selalu saja akan bisa terjadi.
Nobody but God is perfect.
Namun
demikian, sebagai seeker pembelajar kehidupan kita memang harus selalu membiasakan
memandang sesuatu secara berimbang dan tidak berlebihan (Istilah orang jawa = 'ora gampang ngentahke /ora langsung mandheke' = tidak mudah mencela, tidak segera memuja ~ seperti kezaliman kaprah yang menjadi kelaziman lumrah saat ini).
Setiap pribadi yang berperan dan segala peristiwa yang berlangsung adalah ayat media pembelajaran dari Tuhan untuk memberdaya kita sebagai pengembara keabadian yang melintasi kehidupan dunia ini sesuai dengan amanahNya. Diberkahilah bumi kebersamaan ini atas kehadiran mereka (yang baik tersirat atau tersurat , langsung ataupun tidak) yang memuliakan Dharma Tuhan melalui persepsi dan refleksi kehidupannya pada lintasan garis samsara perjalanan keabadiannya yang senantiasa berhadapan dalam pembelajaran dan pemberdayaan Tuhan di sini ataupun di sana , saat ini ataupun nanti).
Setiap pribadi yang berperan dan segala peristiwa yang berlangsung adalah ayat media pembelajaran dari Tuhan untuk memberdaya kita sebagai pengembara keabadian yang melintasi kehidupan dunia ini sesuai dengan amanahNya. Diberkahilah bumi kebersamaan ini atas kehadiran mereka (yang baik tersirat atau tersurat , langsung ataupun tidak) yang memuliakan Dharma Tuhan melalui persepsi dan refleksi kehidupannya pada lintasan garis samsara perjalanan keabadiannya yang senantiasa berhadapan dalam pembelajaran dan pemberdayaan Tuhan di sini ataupun di sana , saat ini ataupun nanti).
Wasalam
Sial. Sesungguhnya saya tidak suka (walau tidak harus membenci) politik. Saya hanya tertarik dengan kesadaran gnosis keabadian dan kewajaran dharma pembumi saja. Namun demikian karena ini juga berkaitan dengan totalitas perjalanan hidup pada garisNya, tanpa maksud provokatif terpaksa ikut-ikutan bikin rame juga,ah. Semoga jika walau tidak bisa membantu namun tetap tidak mengganggu. Semoga ini (keterlibatan tanpa kemelekatan sehingga tetap ada keberimbangan walau dalam keberfihakan) tidak membebani atsar kehidupan nanti.
BalasHapus