Antara
Dhamma Dan Corona
A
letter from A seeker ( Sepucuk Surat dari Seorang Seeker )
dari
: disket memory Updated Parama Dharma
(
22 Maret 2020 – 29 Maret 2020 ? )
Bekerja
dan belajar di rumah diperpanjang 1 (satu) minggu lagi. Antisipasi social distancing
untuk mengatasi virus corona global di seluruh dunia hingga pelosok daerah
diberlakukan. Hal ini membatasi kontak social dalam drama kosmik kehidupan
sebagai figur multi-peran sebagaimana biasanya. Kecemasan akan terinfeksi
penularan, menjadi sakit dan kemudian berujung kematian merebak di segenap
pelosok negeri. Kehebohan duniawi dalam aneka ragam skenario permainannya yang
biasa dilakukan berubah secara authentik menjadi kepanikan. Memang naif dan
liarnya kelaziman tranyakan (keterpedayaan yang bukan hanya mungkin
memperdayakan sesama namun pastinya akan berdampak kepada diri sendiri sesuasi
konsekuensi logis kaidah kosmik permainan keabadian yang disebut kehidupan ini)
menjadi berkurang namun arif dan baiknya aktualisasi harmonis holistik kebersamaan
dan kesemestaan (keberdayaan untuk senantiasa saling memberdayakan dalam
kebenaran dengan kebijakan untuk kebajikan) juga akan menjadi terhalang. Corona
bisa mengenai siapa saja (tidak perduli seberapa baik/buruk karakter
kepribadiannya, kuat/lemah keimanannya, tulus/licik pengharapannya, dsb).
Banyak korban berjatuhan (tewas terinfeksi, sakit tertular hingga yang
disinyalir sebagai orang dalam pemantauan ODP karena kontak sosial fisik dengan
pasien positif) dan lockdown karantina diberlakukan. Menjadi realistis
terhadap fenomena alamiah tersebut adalah sikap dewasa dalam merespon dan
mengantisipasi faktisitas yang ada secara autentik.Saling terjaga dalam
keswadikaan dan saling menjaga demi kebersamaan adalah sikap bijak dalam
mengamati, mengalami dan mengatasi segala problematika kehidupan dan dilematika
keabadian apapun juga ... Semoga kita semua mampu bertahan dalam menghadapi
permasalahan ini dan mampu melampauinya dengan segala kebijaksanaan dalam
keberdayaan dan demi pemberdayaan berikutnya.
Senantiasa ada hikmah
kebenaran dari setiap kenyataan yang terjadi. Ini kami ungkapkan dengan tanpa
niatan sedikitpun sebagai refleksi sikap apatis (tidak tanggap atas suasana
actual dan nuansa mental yang ada) apalagi memperkeruh dan memanfaatkan keadaan
demi kepentingan eksistensial diri. Seorang mistisi modern Vernon Howard ada
menyatakan penderitaan adalah cara alam untuk menyadarkan kepada kita untuk
kembali hidup sejati sebagaimana amanah keberadaan ini harusnya. Penderitaan
yang dirasakan cukup ekstrem terkadang bisa menjadi shock theraphy yang lebih
meningkatkan attensi perhatian kita yang cenderung kurang begitu responsive
terlenakan keberadaan diri yang relative tampak biasa saja (kemampuan bertahan
atas kesengsaraan yang wajar walaupun terkadang dengan keterpaksaan untuk
ikhlash menerima).Ada yang kurang tepat dari diri kita dalam mensikapi dan
bereaksi sebelumnya (mengumbar keinginan untuk memperoleh kebahagiaan dan
meradang kekesalan kala belum merasa cukup/layak dalam mendapatkan) sehingga
cara kita menjalani kehidupan ini menjadi tidak bijak dalam memandang secara
obyektif Realitas kebenaran dibalik fenomena kenyataan yang ada. Corona yang
hadir sebagai media pembelajaran kehidupan dipandang sebagai teror yang
mencemaskan tampaknya cukup mampu merobek topeng semu dari kebodohan naif dan
pembodohan liar kita selama ini atas keberadaan penderitaan yang kita tutupi
dalm selimut kebahagiaan. Ada dukkha tersirat dalam drama kosmik samsara ini
... perlu panna kebijaksanaan bukan hanya untuk menghadapi namun melampauinya
mungkin itu makna tersirat dibalik senyum holistik sita hasitupada rupang
kebuddhaan atas kesedemikian homeostatis dari delusi living kosmos mandala
advaita ini. Walau dalam label eksistensial saya sesungguhnya bukanlah Buddhist
(atribut keberadaan lahir /hadir eksistensial yang digariskan kehidupan saat
ini) namun saya harus mengakui sangat interest pada Buddhisme. Ada keunikan
yang menarik dari arus Uncommon Wisdom pandanganNya sebagai Dhamma Kosmik yang tidak
mudah menyatakannya sebagai agama biasa tidak juga bahkan mistik esoteris.
Buddha
menyatakan kehidupan ini tidak pasti namun kematian ini pasti namun sayangnya
kita manusia sebagian besar tak tercerahkan dan menjadikan alam apaya seakan
rumah baginya (semakin terjebak dalam keterlelapan mimpi chaotik samsara bukan
nibbana keterjagaan sebagai ariya sebagaimana seharusnya) dikarenakan notion
pandangan, frekuensi kecenderungan dan konsekuensi tindakannya. Keberadaan
sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata
kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun
tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini
justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya
jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar , sehat
dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi..
Well, mungkin inilah
saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona"
sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang
lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun
sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala
pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan
dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani
keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali
walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam
penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa
dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan
spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan
hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya
Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami.
Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya
tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham
akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda
semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah
kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama
sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran
tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan
paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan
segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi
keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan
untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun
ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama
ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya
kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak
ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain
keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup
sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran
dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala
(prajna paramita hrdaya sutra).
Tanpa
maksud mengeluh ... virus ternyata tidak menyerang dan menyusahkan kita manusia
(seperti corona ini ). Kemarin malam komputer inipun terserang virus eksternal
ransomware npsk dari internet (sejumlah data file terinfeksi dan terbungkus
ekstensi tambahan npsk termasuk image ghost systemnya) ... seharian (tentu saja
setelah presensi dan disela kegiatan lainnya) setelah tampaknya belum bisa
mengatasinya, reinstalisasi standar terpaksa saya lakukan ... Syukurlah malam
ini bisa fresh lagi. Sepanjang hari dalam kesempatan tersebut saya kembali
memikirkan data tersebut. Mungkin ada baiknya tidak sekedar tersimpan di hard
disk internal komputer atau flash disk dan hard disk eksternal yang tersisa
(tinggal 2 flash disk dan 1 HDD eksternal kecil dari banyak yang rusak tidak detect
terbaca data pekerjaan, selingan dan penjelajahan untuk diselamatkan). Cloud
internet mungkin adalah alternatifnya. Google Drive dan Cloud lainnya bisa
digunakan sebagai media penyimpanan , sementara Blog dan Vlog bisa menjadi
media penyampaian. Well, jangan irrasional ... sesungguhnya baik buruknya kita
tidak ditentukan sebagaimana baik buruknya dunia (peristiwa kehidupan atau
orang lain) perlakukan kepada kita, tetapi sebagaimana baik buruknya kita
memperlakukan dunia (peristiwa kehidupan atau orang lain). Atthika Kamma. Walaupun
tetap prihatin dengan perlakuan/kelakuan dari kejadian tersebut namun terima
kasih kepada Niyama Dhamma yang telah menjadikan ini sebagai media kesabaran
dan kesadaran berikutnya. Kita hanya layak mendapatkan apa yang kita berikan.
Berkah potensi tersebut memang haruslah dilayakkan tidak mungkin hanya sekedar diharapkan.
Dan untuk itulah saya merasa perlu berbagi (kebajikan akan kebijakan,kebijakan
untuk kebajikan). Bukan dengan mengharapkan untuk kepamrihan balasan
(yang potentially sudah pasti) namun demi meniscayakan keniscayaan (yang
selayaknya terjadi).
Posting ini semula
saya rencanakan untuk isi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat hingga
berakhirnya kebijaksanaan distansi sosial korona yang diberlakukan pemerintah,
kedinasan dan lingkungan masyarakat. satu posting dalam satu minggu mungkin
sudah cukup. Namun tampaknya dikarenakan ribet dan sulitnya mengkomunikasikan
mungkin harus dimoderasi untuk durasi yang lebih lama. Plus data penjelajahan
bisa kami reload bagi yang membutuhkan. Mungkin harus tiga posting ... untuk
artikel ini, untuk upload karya diri dan reload karya sesama .... (cloud drive
untuk penyimpanan dan link penyampaian harus dibuat dulu). Baiklah secara
simultan 3 (tiga) hal ini harus dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar