PROLOG
Risma
sujud, Jokowi marah, kisruh HIP ...
Masa depan dunia ditentukan oleh (bukan hanya keberadaan,
ataupun sekedar ketangguhan namun juga topangan keberuntungan) para aktualiser.
Jika sikon pandemi tak berubah segera bukan hanya dunia
namun negeri ini bisa jadi collapse bahkan ambruk karena tiada putaran roda
ekonomi yang terhambat lajunya karena rentannya herd immunity. Minus
masukan pendapatan namun besar beban pengeluaran (BLT/ jaring pengaman darurat
bagi kehidupan dan penghidupan rakyat karena PHK, dsb.(termasuk gaji PNS/ASN
).(Sayang kami hanya mampu tanggap berempati ...seandainya saja para aktualiser
negeri ini mau sambat dan jujur tidak menutupi fakta ini ... dilemma
mempertahankan kehidupan/ kesehatan vs memberdayakan penghidupan/pemberdayaan
pada anomali krisis yang tidak hanya galau namun juga kacau saat ini).
Namun demikian nilai diri tidak sekedar apa yang kita terima
namun bagaimana cara kita menghadapinya (mengamati, mengalami dan mengatasi)
dalam keterbatasan dan pembatasan yang ada. Kebermaknaaan akan kedewasaan dan
kewasesaan, keberdayaan dan keperwiraan memang sedang dalam pelayakan
kemasakannya ... bukan hanya bagi relawan/petugas medis di garda depan, para
negarawan tehnokrat negara namun juga bagi kita semua (para putera/i bangsa
warga negeri ini termasuk para pembela/pencela keberadaan ini ... cebongers,
kadruners ?).
Sial ... harusnya sudah selesai berakhir posting lalu. Walau
para mistisi sering menyatakan kehidupan dunia memang seperti ini dan akan
tetap seperti ini, namun berdiam diri tanpa empati, tiada simpati dan tidak
perduli bukanlah solusi. Samsara sebagaimana mandala lainnya walau bukanlah
sesuatu yang harus dilekati namun juga bukanlah sesuatu yang dibenci. Sikap
kita yang hanya berambisi eksistensial, terobsesi transendental, dan tidak
universal bukanlah sikap benar, bijak dan tepat. Maafkan saya jika
saat ini tidak perlu/mampu memfilter diri agar tiada lagi ada dusta / dukkha di
antara kita ... semoga arus skenario samsarik tetap bisa mengalir wajar apa
adanya.
Well, tanpa perlu “nggege mongso” akan impian akhir
zaman posting yang lalu. Karena mungkin (imaginasi gila & ngawur lagi ?) itu baru
terjadi pada fase baru kappa naik Satya Yuga – Treta Yuga (Era
Sudhra/Waishya ?) paska Mahapralaya semesta dunia ini untuk kembalinya bersemi
kisah kasih biokosmik samsara antara nama abhassara & rupa lokantarika yang
baru. Meminjam kalkulasi manvantaraHinduisme, tidak pada saat kappa turun
pada masa dvapara menuju kali yuga (Era Brahmana/Ksatriya?) saat ini dimana
Dhamma Sasana Buddha ke28 Gautama belum surut (2500 tahun
lagi?), masa KeBuddhaaan Bodhisatta Tusita lainnya (Maeteyya) dengan metodologi/paedagogi
ajaran yang mungkin relative sama belum tiba (plus : Kalki (avatara ksatria Vishnu ?),
Imam Mahdi /agama Mediteranean/ etc perlu digenapi ? Fase Sunna kalpa bagi
paccekha Buddha Bhante Devadata paska niraya avicci dan SammasambuddhaMara Namucci paska penyadaran arahata bhante upagupta pra atau paska
mahapralaya, ya ? (EGP, ah … mungkin saja karena akusala kamma dan citta
/niyata miccha ditthi?/ paska bardo /pralaya & fase svarga/niraya kami harus ke black hole lokantarika sementara lainnya
sudah di white hole lokuttara atau masih menanti di nama abhassara ?). Hehehe…
just joke to begin.
Alternatif solusi eksistensial : Protokol Kesehatan Swab ?
katalisasi biotech serum/ vaksin covids ? Doa ratana sutta atau Nirodha
sammapatti tunda bencana? Holistic health Tao herd immunity ? etc; Lanjutan :
sistem daring ? akselerasi ekonomi? kultur aktualiser (karya nyata berguna
> heboh kemasan konsep/symbol/figure ) dst. ....
Eskatologi ? awas zenka ! : vs / as.. if transit demit / apaya
, kembali manusia, surga kamadeva, moksha anenja , anatta nibbana etc
MONOLOG
just click image for video = tinggal klik gambar untuk tayangan video
Why Buddhism ?
Dasar : Kalama Sutta & Brahmajala Sutta & anatta lakkhana sutta : cukup dewasa untuk menjadi dewasa. /kemurnian aktualisasi x kelihaian eksploitasi/
konsistensi autentik keberdayaan atthika kamma-citta impersonal tanpa terpedaya standar ganda> pengharapan kepercayaaan, transaksi pencitraan personal, pemungkinan standar ganda.
Ulasan : Simsapa tipitaka + acinteya udumbara /mahakasapa/
Sayang ...hanya Bhante Mahakasapa Arahata yang memahami universalitas kaidah kosmik Buddhism yang tersirat.
Walau cenderung agak nivritti negative namun cukuplah simsapa tipitaka etc yang tersurat untuk paradigma holistik lanjut.
(Buddhism dhutanga > pabajitta > upasaka (neyya > padaparama) > umat luar sasana > makhluk lain)
No Buddhism ? Herman Hesse save
seperti pandemi corona posting ini walau tampak seperti lawan bersama (namun semoga malahan mengakibatkan adanya kawan bersama walau sementara/ untuk selamanya dalam mementingkan kebenaran semata atau sekedar pembenaran kepentingan belaka ?).
Just joke ...Pinjam link download file blog anda dulu, bro. Belum reupload, nih.
to the point, ini ajalah...
Real > True x Fake ~ just Solution for Problem
ulasan : Kebenaran bukanlah suatu pembenaran.
walau seakan mungkin bisa teridentifikasikan namun tidak
benar tereksplotasikan.
Ini 'hanya' postulasi hipothesis paradigma ethika kosmik
belaka yang bukan dogma agama / norma massa baru (semoga tidak menentang
yang ada ...mungkin malah memberdayakan minimal tidak memperdayakan apalagi
mengacaukan). 2a) or 2b)
ulasan : Kenyataan tidak sekedar pernyataan.
Anthony de Mello cs Khalil Gibran : no claim untuk terjebak
/ tersekap
(kegeniusan/ ketaktisan Ariya Buddha Dhamma untuk tidak menjadi belenggu yang membelenggu lainnya & diriNya)
Anthony de Mello : Setan dikhabari seseorang telah menemukan
sekeping kebenaran dan dia berkata : tak usah risau akan kubiarkan itu menjadi
agama ? (wirajhana eka)
3a) or 3b)
ulasan : Kepastian tidak sebatas keyakinan.
Khalil Gibran : obsesi terbesar manusia adalah menjadi nabi
? (minimal pewarisnya? - pelestari ajaran atau pemanfaat kekuasaan ?) 4a)
Edward S Bono : Just PO (POssible hyPOthesis) for flexible
progress : no fact - no truth - no faith (tanpa sakralisasi , tiada
indoktrinasi ... hanya aktualisasi untuk realisasi pembuktian. Jika terbukti
kembangkan lagi ... jika tidak lihat alternatif lain )
Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang
permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak
ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif
terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan
(tuntutan?) idealitas kesempurnaannya.
Be realistics to
realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam
merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak
mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun
keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau
dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga
identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa
mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala
kemungkinan yang ada secara pasti bahkan mungkin bisa ada perlu selalu
dilakukan dengan tanpa perlu merendahkan adanya karunia keberuntungan
akan kepercayaan dan pengharapan untuk segala kemungkinan yang bisa saja
ada terjadi.
MANDALA ADVAITA
Desain kosmik Tanazul - Taraqi : Sentra & Sigma
Laten Deitas samsarik : lokuttara hingga lokantarika : no irreversibility... neither
white hole nor black hole (just whole hole )
mirroring x analogi : sebagaimana terlelapnya demikian
kebalikan terjaganya dimungkinkan (kepekaan murni intuitif insight >
keahlian lihai instink intelek)
ketepatan metode truth seeker 'mencari' (mencuri?) hikmah < kenekatan taktis true seeker melayakkan/meniscayakan keniscayaan ?
Skenario Samsarik :
Siklus episode permainan (seperti siklus polybius politik ,
paticca samupada keabadian cenderung berputar-putar saja .... bukan hanya
dhamma yang memang lokiya, lokuttara saddhamma juga bisa menjadi lokiya dhamma
bahkan addhamma sekalipun jika pensikapannya salah ... waspada & tanggap
juga setiap zenka bukan hanya bisa terpromosi namun juga bisa
terdegradasi ... ada kebebasan /untuk tercerahkan juga tersesatkan/ namun
senantiasa ada peniscayaan untuk itu ....karena ketidak fahaman yang menyekap
akan tersekap, karena ketidak-sadaran yang terjebak bisa menjebak ... yang
penting bukan bagaimana awalnya kita namun bagaimana akhirnya kita .... saat
ini disini dalam peran ini apapun dan siapapun kita itulah yang utama )
Baruch Spinoza vs Friedrich Nietczhe : sinkronisasi alithea
Ariya x vitalisme uebermensch asura
Amor Dei Intelectualis Baruch Spinoza: Segalanya berawal
dari Kasih Ilahi, melalui itu kita hadir, hidup & kembali (ekspresi
kearifan theosofi mystics)
Amor Fati Uebermensh Friedrich Nietczhe : Tuhan (konsep
lama) sudah mati. Inilah saat uebermensch (tuhan baru?). (ekspansi keliaran
vitalisme eksistensialist).
5a) or 5b)
Strategi Dimensi :
Eskatologi & Eksistensi (31 alam kehidupan + level
nirvanik): lazimnya - harusnya - sebaiknya
Dunia : manussa - tirachana - tumbuhan ?
Eteris : Peta - Asura - Yakha Bhumadeva
Astral : surga catumaharajika - tavatimsa - yama ?~ Alakh
Niranjan?
Mental : Tusita- Nimmanarati, Paranimmitavasavatti ~ Wisnu,
Brahma, Shiva ?: Kal/Brahm ?
Monade Kosmik : Rupa Brahma 1&2 rupa piti , 3 & 4
nama sukkha - Sanna Anenja (arupa) -
sankhara vipassananana (alobha) - vedana Suddhavasa (adosa)-
vinnana nirodha (amoha)
Anatta Nirvanik :
Sentra Advaita ?
FORMULA SWADIKA
Peniscayaan potensi/patensi keberdayaan di/ke segala dimensi
orientasi, kualifikasi, realisasi
Bertahan dalam kebenaran , kebijakan, kehidupan
Senantiasa terjaga , menjaga, berjaga
Sinkronisasi transendental , universal , eksistensial
Bertahan dalam kebenaran , kebijakan, kehidupan
Senantiasa terjaga , menjaga, berjaga
Sinkronisasi transendental , universal , eksistensial
AS /IF Manusia Dunia etc
Universiad keabadian : peningkatan level Swadika, pelimpahan
bakat Talenta, pengamanan Hisab Visekha
Aktualiser kehidupan : ketahanan stable vitale , kecakapan
genius versus , kemapanan estate empire
Integrated kesiagaan : alpha meditatif - betha reflekting -
theta refreshe
Dari :http://dhammaseeker.blogspot.com/2018/09/prolog.html
Pada
hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg
manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita
hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar
sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya
kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan
yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan
kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu
dalam kesejatiannya.
Ingat, tanpa
menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi
(pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi
(pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita
saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk
keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah
keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus
kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan
dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima
nanti demikian seterusnya.
Buddha
menyatakan kehidupan ini tidak pasti namun kematian ini pasti namun sayangnya
kita manusia sebagian besar tak tercerahkan dan menjadikan alam apaya seakan
rumah baginya (semakin terjebak dalam keterlelapan mimpi chaotik samsara bukan
nibbana keterjagaan sebagai ariya sebagaimana seharusnya) dikarenakan notion
pandangan, frekuensi kecenderungan dan konsekuensi tindakannya. Keberadaan
sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata
kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun
tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini
justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya
jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar, sehat
dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi..
AS /IF Petta apaya etc
AS /IF Petta apaya etc
Walau ini dianggap ‘wajar’ bagi lokiya dhamma namun termasuk apaya bagi
saddhama (walau tampak ironis namun tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi kelayakan
kamacitta sebagaimana kemelekatan akan memory figure bhava, obsesi ditthi dan tanha pengharapan status symbol berada
di dimensi eteris ditengah ekspansi dewa label jatuhan asura & ekstensi dewa
level rendahan yakkha ini)
Case : pettavathu
AS /IF Surga Kamadeva etc
Walau ini sangat didambakan bagi lokiya dhamma (walau tanpa perlu alam antara ?) namun (tanpa merendahkan) tidak
bagi saddhama ? (walau tidak menutup kemungkinan dikarenakan akumulasi
kelayakan kamacitta 'hanya' bisa berada di dimensi astral ini )
Case : jaminan nanda & bhikkhu surga
Jika surga & neraka tidak ada akankah Tuhan dipuja dalam kebaktian, kebajikan dan kebijakan ? Bukan karena deficiency atau sekedar transaksi (Sufi wanita Rabiah Adawiyah ... Mahabah cinta kepada TuhanNya bukan hanya mengatasi kecintaan kepada siapapun /Nabi, Surga ?/ namun juga kebencian kepada apapun termasuk kepada /iblis & neraka?/).
Walau ini sangat didambakan bagi mystics pantheist namun tidak bagi saddhama (walau tidak menutup
kemungkinan dikarenakan bukan hanya kelayakan/kecakapan namun juga kemantapan/kemapanan kamacitta dan samadhi bhavananya)
Case : batin mencari & menjadi "tuhan" yang lebih sejati ? , dilemma antara
kenyamanan 'transendensi' nama ke anenja (terlelap? alara kalama & Uddhaka ramaputta eks guru dengan tataran ilmu yang telah dikuasainya pra Uruvela ) vs keberadaan 'immanensi' rupa ke samsara (terjatuh? Brahma Baka yang terprovokasi Mara ? ).
(Fake story ?) Buddha ditanya keberadaan Tuhan .... Dia menjawab akan keberadaanNya kepada yang mengingkariNya namun menyangkal keberadaanNya kepada yang meyakiniNya. (bukan kepercayaan namun keberdayaan ... memastikan tataran fakta bukti penempuhan/penembusan dalam kemurnian yang utama bukan sekedar meyakini gagasan internal/ wawasan eksternal.
AS /IF Nibbana etc
Walau keterjagaan dalam dvaita kesunyataan ini dipandang ‘sangat sempurna’ bagi buddha dhamma namun dalam 'kebersahajaan' akan advaita kesedemikianan ini ‘cukup bijaksana’ bagi saddhama (Holistik melampaui Nivritti negative & harmonis melampaui Pravritti positive )
Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam')....
Case : No Ego (level > label, 'tan-diri' > 'diri', 'tan-alam' > 'alam')....
(Fake story ?) Buddha diam ketika ditanya apakah Dia mencapai Nibbana .... Jika Dia menjawab "Tidak", Dia berdusta akan realisasi pencapaian keterjagaanNya , Jika Dia menjawab "Ya" , Dia berdusta karena Nibbana mustahil tercapai jika masih ada 'keakuan" samsarik.
(tanggap paradoks intuitif > linear intelek ?) akan fakta experiential acinteya sabbanutanana pencerahan lokuttara Buddha yang sesungguhnya sebagai saddhamma adfalah holistik universal untuk mampu ditempuh siapapun juga (walau tentu saja mungkin dalam keterbatasan output sesuai pembatasan inputnya) Saddhamma ini secara intuitif sederhana bersahaja (senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya. Namun demikian seperti mentari dalam biasan pelangi Saddhamma ini memang sangat kompleks kedalaman, kehalusan dan keragaman labirin warnanya yang tidak sekedar hitam putih sehingga memang akan susah bagi yang telah terjaga untuk segera membangunkan yang tertidur dari keterlelapan mimpinya. Penempuhan keterjagaan/keterarahan kode etik sila universal atau vinaya monastik ekslusif Sangha Samana plus metode penembusan intensif dibentuk demi tujuan tersebut secara bertahap. Idea & metode paedagogis simsapa pembabaran paradigma teparinama DhammaNya terkadang perlu nivritti negative 'lokiya' karena faktor audience-nya ( misalnya terma nibida /kejijikan?/ untuk mengatasi upadana /kelekatan/ walau kita tanggap itu hanya trick bijak untuk sadar swadika melampaui kecenderungan tanha samsarik tidak untuk picik menjauhi dengan kebencian yang justru akan berdampak kontraproduktif bukan hanya bagi proses holistik universalisasi transenden nsmun juga harmoni eksistensialitas keberadaannya ... well, problem adalah internal (asava) bukan eksternal (dunia). Landasan Spiritualitas idealnya adalah kedewasaan aktualisasi murni yang sadar difahami dan disikapi sebagai wajar dijalankan untuk meniscayakan bagi keniscayaan pelayakannya bukan kepatuhan karena intimidasi ketakutan, kepamrihan karena transaksi keinginan ataupun sekedar/termasuk juga kerisihan untuk tidak dipermalukan / khouf, roja, haya ~ hiri, otapa, ? / walaupun demikian metode `lokiya` bisa dimaklumi jika digunakan dikarenakan faktor audience-nya (walau tidak dibenarkan pada kemurnian akhirnya namun mungkin juga tidak disalahkan pada kecenderungan awalnya ? )
Lanjutkan dulu ...
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
Kajian Pragmatism Sutta
Ovadha Patimokkha
Buddha sasana
Dari komentar Vlog Bahiya etc )) (show) or )(save)
Tentang Anatta lakkhana Sutta :
Bahiya : dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‗peniscayaan/ keniscayaan‘ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‗esensi murni‘ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‗pancupadana khanda‘ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‗rumah sejati‘ Nibbana )
Dhamma atau agama ? personal god ? Labirin paralel dimensi meditator
Tentang Kalama Sutta :
Buddhism & Philosophy : The Kalama Sutta.pdf (p.78-87) Bro Billy Tan
(tanggap paradoks intuitif > linear intelek ?) akan fakta experiential acinteya sabbanutanana pencerahan lokuttara Buddha yang sesungguhnya sebagai saddhamma adfalah holistik universal untuk mampu ditempuh siapapun juga (walau tentu saja mungkin dalam keterbatasan output sesuai pembatasan inputnya) Saddhamma ini secara intuitif sederhana bersahaja (senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya. Namun demikian seperti mentari dalam biasan pelangi Saddhamma ini memang sangat kompleks kedalaman, kehalusan dan keragaman labirin warnanya yang tidak sekedar hitam putih sehingga memang akan susah bagi yang telah terjaga untuk segera membangunkan yang tertidur dari keterlelapan mimpinya. Penempuhan keterjagaan/keterarahan kode etik sila universal atau vinaya monastik ekslusif Sangha Samana plus metode penembusan intensif dibentuk demi tujuan tersebut secara bertahap. Idea & metode paedagogis simsapa pembabaran paradigma teparinama DhammaNya terkadang perlu nivritti negative 'lokiya' karena faktor audience-nya ( misalnya terma nibida /kejijikan?/ untuk mengatasi upadana /kelekatan/ walau kita tanggap itu hanya trick bijak untuk sadar swadika melampaui kecenderungan tanha samsarik tidak untuk picik menjauhi dengan kebencian yang justru akan berdampak kontraproduktif bukan hanya bagi proses holistik universalisasi transenden nsmun juga harmoni eksistensialitas keberadaannya ... well, problem adalah internal (asava) bukan eksternal (dunia). Landasan Spiritualitas idealnya adalah kedewasaan aktualisasi murni yang sadar difahami dan disikapi sebagai wajar dijalankan untuk meniscayakan bagi keniscayaan pelayakannya bukan kepatuhan karena intimidasi ketakutan, kepamrihan karena transaksi keinginan ataupun sekedar/termasuk juga kerisihan untuk tidak dipermalukan / khouf, roja, haya ~ hiri, otapa, ? / walaupun demikian metode `lokiya` bisa dimaklumi jika digunakan dikarenakan faktor audience-nya (walau tidak dibenarkan pada kemurnian akhirnya namun mungkin juga tidak disalahkan pada kecenderungan awalnya ? )
Lanjutkan dulu ...
Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be
Dari https://maxwellseeker.blogspot.com/2020/04/sita-hasituppada.html
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
Dari http://dhammaseeker.blogspot.com/2020/05/ghost-windows-7.html Dari https://maxwellseeker.blogspot.com/2020/04/sita-hasituppada.html
Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.
Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
Kajian Pragmatism Sutta
Ovadha Patimokkha
Buddha sasana
Dari komentar Vlog Bahiya etc )) (show) or )(save)
Tentang Anatta lakkhana Sutta :
Bahiya : dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‗peniscayaan/ keniscayaan‘ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‗esensi murni‘ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‗pancupadana khanda‘ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‗rumah sejati‘ Nibbana )
Pancavagiya Kondana : JMB 8 ? (dhammacakhapavatana ) + 2
(mahacatarisaka) ?
Desain Global Dhammadhipateyya Buddhisme dalam transedensi
penempuhan simultan (adiduniawi > duniawi)
JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata =
Samma Saddha ("panna" ?) 2 : Pandangan Benar
(sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) –
Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā
kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) –
Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar
(sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi)
/Dhammacakkhapavatana sutta/
+ Samma Panna 2: Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan
Benar (samma vimutti)
/ Mahacattarisaka
Sutta/).
Tentang Brahmajala Sutta :
Tentang Brahmajala Sutta :
Dhamma atau agama ? personal god ? Labirin paralel dimensi meditator
Tentang Kalama Sutta :
Buddhism & Philosophy : The Kalama Sutta.pdf (p.78-87) Bro Billy Tan
atau bagi realisasi praktisi penempuhan Dhamma “Buddhism”.
Dari sketsa ulasan di atas kami berharap anda cukup tanggap mengapa avijja kebodohan (+pembodohan) drama kosmik samsara yang menyekap dan menjebak ini tetap mampu (masih perlu?) eksis terjadi di advaita mandala samsarik ini. (sehingga kami tidak 'ewuh' untuk tetap bisa bukan hanya menjaga etika harmonisasi holistic eksternal ke permukaan namun juga demi tetap terjaganya kami di kedalaman).. Menjadikan diri berlevel mulia adalah bajik dan bijak tetapi menyatakan diri berlabel mulia (directly dengan rasionalisasi peninggian ego/ide membela diri atau indirectly dengan irasionalisasi perendahan ego/ide mencela lainnya) berbahaya dan justru bisa menjatuhkan bukan hanya diri sendiri (dampak pasti) namun bisa juga lainnya (effek plus) kelanjutan beban karmik.
Well, untuk menjadi pandai, pintar dan
cerdas relative lebih mudah namun menjadi benar, bajik dan bijak sungguh sangat
susah. Tidak cukup kelihaian sikap intelek namun perlu kemurnian sifat intuitif (tanggap paradox tersirat x bebal ... "pekok" tidak peka).
Walau sulit dijelaskan namun
secara sederhana demikian gambarannya. Dasar utama (sekali-kali pakai kaidah religi, ya?) adalah Istafti qolbaka – tanya hatimu
> akalmu (qolb berputar kemana ? sebagai nurani yang memang murni meng-"esa" dalam mengarah kebenaran atau naluri secara lihai meng-"aku" untuk mencari pembenaran ... samma sati vs miccha sati? ) agar segera sadar tahu diri/malu/sila tidak asal ‘gede rasa’ & ‘tebar pesona’. Plus kaidah ...Merendahlah maka kau akan
ditinggikan, meninggi akan direndahkan (ini laku kontekstual tidak sekedar ilmu konseptual, bro). Awas kepekaan diri untuk selalu tanggap paradoks yang tersirat tidak sekedar yang terungkap/ terlihat … menyatakan “aku adalah
orang yang rendah hati (?)” walau semula kenyataannya mungkin demikian namun
pernyataan ini justru menunjukkan dia sesungguhnya tinggi hati karena secara
tersirat meninggikan dirinya bagi kebaikannya sendiri. Jalani kebajikan dngan
kebijakan demi kebenaran itu sebagai kewajaran kosmik … jangan hebohkan itu
sebagai kemuliaan figure. Main ketanggapan rasa tidak akal-akalan apalagi asal-asalan untuk menjadi seeker, bro. Wah, buka kartu turf ilmu batin,
nih. /Wei Wu Wei - 3 dantien ?/
Tanpa kerendahan hati (istilah Sufism :tawadhu) sulit bagi kita memberdaya
diri dan justru akan mudah terpedaya diri (istilah Sufism : Ghurur) bahkan
malah bisa memperdaya lainnya (bonus kredit hutang tanggungan baru, bro.).
Senjata (tepatnya sayap penjelajah untuk mencari / mencuri hikmah ) truth seeker sesungguhnya ‘hanya’ tiga sifat mendasar (idealnya
integritas 'teku' asli di kedalaman tidak sekedar 'laku' semu moralitas ke permukaan ... pencari atau pencuri hikmah ?): kejujuran,
ketulusan dan kerendahan hati untuk memandang/mengerti yang samar/tersirat secara tepat
Alam bergema … jika kita secara
individual tidak jujur kepada diri sendiri dan lainnya bagaimana mungkin kosmik
universal akan jujur terbuka membukakan gerbang ilmu bagi kita (kelicikan
sesungguhnya menipu diri sendiri tidak selalu orang lain dan tentunya tidak
mungkin kosmik ini). Demikian juga ketulusan berbagi/ kasih meng-esa yang mejadikan diri layak sebagai media universal dan kerendahan hati yang wajar untuk ditinggikan level
kelayakan penerimaannya. … Ini bukan kepamrihan untuk diharapkan
instant/identik (dambaan pengharapan apalagi
jika hanya sekedar kemasan pencitraan malah menghambat / menghalangi bagi pencari
hikmah/ berkah kebenaran truth seeker bahkan ini akan menjadi
labirin parallel yang justru akan menyekap / menjebak bahkan bagi penempuh/ penembus
benar True Seeker sekalipun). Ini keniscayaan pasti yang wajar /layak mengikuti (kaidah desain kosmik memang demikian… terlepas dari kemungkinan termanipulasi
eksploitatif pacaya lainnya … walau tidak diminta mekanisme Impersonalnya akan
tetap memberi sesuai akumulasi/ aktualisasi/ akselerasi/ aksentuasi hetu/ laku “pelaku”nya ). Metode truth Seeker 'pencari kebenaran' memang kami akui masih kalah level dengan Dhamma Sikkha True Seeker 'pencari yang benar' Ariya dalam menempuh/menembus Realitas dengan saddha panna viriya … sebagai kewajaran, dengan kesadaran & dalam kehampaan diri
anatta ? ... apalagi pelayakan parami 10 x 3 layer Boddhisatta ... wah, belum berani nekat, bro walau kami tahu itu cara cerdas & taktis dalam akselerasi pemurnian media impersonal.)
Namun demikian sebagai puthujjana padaparama di luar sasana cara itu-pun sejujurnya tidaklah mudah dilakukan walau tampak sederhana dikatakan … kami tetap harus sportif (suceng) kami menerima apapun juga kelayakannya (kuantitas & kualitas amal/laku + resik murni wadah batinnya… apalagi jika level memang belum berkembang memadai atau sadar arus batin memang menyimpang dari jalur yang seharusnya). Dengan keterbatasan kualitas etika realisasi tersebut mirroring kami lakukan mengkaji hikmah ilmiah dengan semacam logika inferensi prediktif yang lebih mendalam /tidak dengan merendahkan obyek ide namun justru dengan merendahkan subyek ego untuk mampu reseptif tanggap merengkuhnya walau memang sangat terbatas sesuai dengan keterbatasan diri dan pembatasan yang ada ). Memang bukan analogi intelek biasa bagi paradigma baru tidak lagi dangkal seperti semula. Susah/ribet penjelasannya, ya. (nanti direvisi lagi atau ... lupakan saja).
Namun demikian sebagai puthujjana padaparama di luar sasana cara itu-pun sejujurnya tidaklah mudah dilakukan walau tampak sederhana dikatakan … kami tetap harus sportif (suceng) kami menerima apapun juga kelayakannya (kuantitas & kualitas amal/laku + resik murni wadah batinnya… apalagi jika level memang belum berkembang memadai atau sadar arus batin memang menyimpang dari jalur yang seharusnya). Dengan keterbatasan kualitas etika realisasi tersebut mirroring kami lakukan mengkaji hikmah ilmiah dengan semacam logika inferensi prediktif yang lebih mendalam /tidak dengan merendahkan obyek ide namun justru dengan merendahkan subyek ego untuk mampu reseptif tanggap merengkuhnya walau memang sangat terbatas sesuai dengan keterbatasan diri dan pembatasan yang ada ). Memang bukan analogi intelek biasa bagi paradigma baru tidak lagi dangkal seperti semula. Susah/ribet penjelasannya, ya. (nanti direvisi lagi atau ... lupakan saja).
Sungguh anda
(tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa
berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun
ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat
terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa
yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun
buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon
apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan
sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau
dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih
Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut
pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah
immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.
Be Truth
Lover whoever & wherever we are ...
(Jadilah
pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita)
karena itu
adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima
Sungguh,
bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada
niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan
untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah hak
dan sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar
idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat
metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates
bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan
kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam
Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi
synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan
gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan
pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara
alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan
formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan
perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada
sekedar labelling...... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.
Ini hanyalah thesis pada antithesis
pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita
berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini
ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas
kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang
perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak
hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan
hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga
“pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan
namun tetap harus juga dihargai keberadaannya).Dalam mandala ini hikmah kebenaran
yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang
semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus
sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris
atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga
atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma
/termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa
Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa
piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?,
Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena
walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal
segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan
indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra
yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia
apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan
kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya
EPILOG :
Well, kami kira posting ini sudah tetap konsisten untuk
tidak meneruskan imaginasi hanya menegaskan kembali untuk tetap senantiasa
benar dan tegar menjalani kehidupan ini dengan bijak dan bajik secara sehat,
tepat. Terakhir : Sebagaimana akhir posting awal Corona di blog ini
Semoga wabah corona setelah menjalankan tugasnya merehat
sejenak kehebohan duniawi kita akan berlalu dan membuat kita lebih bijak dan
bajik lagi dalam memandang perspektif kehidupan dan keabadian ini secara lebih
meluas dan mendalam sehingga pribadi lebih terarah dan prilaku tidak lagi
tranyakan karena mulai memandang dengan tidak picik /dangkal lagi.
Setiap keakuan/kesombongan akan menjatuhkan, ketagihan/
ketamakan akan menjerat dan kekesalan/ kezaliman akan menghancurkan (walau
mungkin bisa berakibat pada lainnya namun pastilah mengenai dirinya sendiri
saat itu dan dampak karmik selanjutnya ) demikian pula sebaliknya.
Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya, cukup
bijaksana untuk tetap seimbang dan berimbang memberdayakan spiritualitas
individualitas/ universalitas diri & lainnya dalam
penempuhannya.
Kehidupan adalah episode Drama kosmik keabadian yang perlu
kebijaksanaan agar senantiasa sadar terjaga dengan segala kemungkinan
yang ada, mengembangkan keberdayaan kecakapan dan meningkatkan kebijaksanaan
untuk setiap situasi dan kondisi yang terjadi ....segala kebajikan murni
dijalani dan kelayakan wajar diterima sebagaimana adanya ….
Menerima, mengasihi dan melampaui segalanya tanpa
perlu lobha dan dosa (karena memang tiada yang perlu terlalu dilekati
apalagi harus dibenci dalam 'dagelan' internal universal ini), tanpa perlu
kesombongan dan kedengkian (karena walau berbeda dalam labeling /leveling
keberadaannya segalanya berpadu setara bersama untuk melengkapi keragaman
posisi pada mandala keabadian living kosmik yang sama), tanpa perlu avijja
pembodohan diri dan asava pembodohan lainnya (karena akan senantiasa ada dampak
impersonal transenden dari segala kecerobohan individual/pelanggaran universal
yang personal imanen) dalam kelanjutan
permainan keabadian ini....bahkan jikapun akhirnya nanti ada
kemungkinan MahaPralaya total (seluruh mandala ini sirna karena sunyata
keterjagaan atau bahkan niskala kebinasaan sentra yang meliputi segalanya).
Intinya (terimalah kenyataan bukannya tidak empati, peduli dan simpati, lho) sakit,tua dan mati adalah kewajaran dalam hidup demikian juga lokadhamma 8 (untung/rugi, tenar/biasa, terpuji/ dicela, suka/duka)... tetaplah terjaga dan bersiaga untuk senantiasa berimbang (dengan sukarela atau harus terpaksa ?) menyambutnya
(kecemasan, kekesalan dan keresahan walau mungkin dianggap 'wajar' secara eksistensial sebagai figure personal sesungguhnya bukan hanya tidak berguna namun tidak
bijaksana secara universal sebagai media impersonal untuk senantiasa tetap sadar menghadapinya ). … Lakukanlah yang terbaik dalam niat dan cara
untuk memperoleh hasil yang terbaik walaupun kenyataan tidak selalu terjadi sebagaimana keinginan. Untuk kesekian kalinya, Nilai "Diri" (Real - true level x "fake" - label pride ... harga diri) bukan ditentukan dari apa yang kita dapatkan (produk 'garis' kammavipakka lampau ?) namun dari apa yang kita lakukan (progress 'input' kammasaka mendatang?).
Sekian
Upload
data dulu (selected data lama + sedikit data baru )... dari sketsa (relatif
sama) dengan posting lalu (yang selalu tidak pernah tuntas ?) sudah bisa
ditebak kemana nanti larinya (inferensi daya tangkap + intuitif daya tanggap)
REFERENSI SEBELUMNYA (POSTING LALU)
0 ARSIP UTAMA
https://archive.org/download/0-arsip-utama/0%20ARSIP%20UTAMA.rar
listing
of 0 ARSIP UTAMA.rar
| |||
file
|
as jpg
|
timestamp
|
size
|
2020-06-22
21:34
|
346872
|
||
2020-06-22
21:29
|
384076
|
||
2020-06-08
16:02
|
865121
|
||
2020-06-08
16:02
|
1472710
|
||
2020-06-03
09:02
|
180640
|
||
2020-06-03
09:02
|
516031
|
||
2020-06-08
15:53
|
526956
|
||
2020-06-08
15:53
|
911806
|
||
2020-06-15
22:54
|
484067
|
||
2020-06-15
22:53
|
1214496
|
||
2020-06-07
00:55
|
703068
|
||
2020-06-07
00:55
|
646713
|
||
2020-06-07
00:39
|
86651
|
||
2020-06-07
00:40
|
384040
|
||
2020-06-16
00:27
|
62920
|
||
2020-06-16
00:27
|
372153
|
||
2020-06-16
00:27
|
39539
|
||
2020-06-15
23:44
|
605841
|
||
2020-06-15
23:46
|
954735
|
REFERENSI PENDUKUNG POSTING
LANJUT
BLOG NEWS
listing of
BLOG NEWS.rar
|
|||
file
|
as jpg
|
timestamp
|
size
|
BLOG
NEWS
|
2020-07-04
21:56
|
||
BLOG
NEWS/BLOG
|
2020-07-04
21:33
|
||
2020-06-29
21:25
|
30586
|
||
2020-06-29
21:25
|
357046
|
||
2020-07-03
19:26
|
85817
|
||
2020-07-03
19:26
|
296367
|
||
BLOG
NEWS/NEWS
|
2020-07-04
21:56
|
||
2020-07-04
21:54
|
205217
|
||
2020-07-04
21:54
|
114522
|
BUDDHISM
BUDDHISM MEDIA
BUDDHISM MEDIA
https://archive.org/download/buddhism-media/BUDDHISM%20MEDIA.rar
Ralat file : BHANTE PUNNAJI VLOG LINK TIMESTAMP REV(ised) .... masih upload, bro. sementara :
Ralat file : BHANTE PUNNAJI VLOG LINK TIMESTAMP REV(ised) .... masih upload, bro. sementara :
https://drive.google.com/file/d/185-MILP7pMSNyYqAN5VJDmZS9E1xOS96/view?usp=sharing
ARTIKEL
BUDDHISM
2020-07-05
15:47
|
213180
|
||
2020-07-05
15:47
|
137654
|
https://archive.org/download/articles-gnosis/ARTICLES%20GNOSIS.rar
MEDIA MYSTICS
https://archive.org/download/media-mystics/MEDIA%20MYSTICS.rar
QUOTES WISDOM
https://archive.org/download/quotes-wisdom/QUOTES%20WISDOM.rar
ANEKA PLUS (Comics, Novel, Excel, etc)
plus Novel
https://archive.org/download/plus-novels/PLUS%20NOVELS.rar
INPUT BLOG 1
2020-07-11
01:36
|
120965
|
||
2020-07-11
01:37
|
326280
|
13 Juli 2020 ... Mulai New Normal namun sikon masih belum normal....
PLUS INPUT DATA
https://archive.org/download/select-mystic-0/SELECT%20MYSTIC%200.rar
PLUS BUDDHISM 1
https://drive.google.com/file/d/1kLB39TWaZY6yTfSSJJP17tAFMZJ05INL/view?usp=sharing
SELECT MYSTIC 1
https://archive.org/download/select-mystic-1/SELECT%20MYSTIC%201.rar PLUS BUDDHISM 1
PLUS BLOG 2
listing of PLUS BLOG 2.rar
|
|||
file
|
as jpg
|
timestamp
|
size
|
2020-07-14 23:09
|
170016
|
||
2020-07-14 23:09
|
367005
|
||
2020-07-14 23:06
|
171114
|
||
2020-07-14 23:07
|
378368
|
Sudah tua … males/ capek lompat ganti posting & alih peran terus. Pinjam
tempat untuk link download Archiev.org
Meniscayakan Keniscayaan = Inside deserve Outside ....
To be / Do the Best To gain / have In gaining / having the Best
Link : ENGLISH
English for All
English for Elementary Students
English for Intermediate Teachers
English for Advanced Scholars
English for Universal Seekers
https://englishindonesian11.blogspot.com/
LINK LAIN
PLUS BLOG 3
sementara : 20072020
https://drive.google.com/file/d/14x2K16Yfv-7ANcDo19jgA4IGQG18P47F/view?usp=sharing https://drive.google.com/file/d/1kLB39TWaZY6yTfSSJJP17tAFMZJ05INL/view?usp=sharing
sementara : 22072020
https://drive.google.com/file/d/1X6u85v7VFY45sKoRdxjG_pJ5LY6hHNSD/view?usp=sharing
SEMENTARA : 28072020 (Rehat dulu .... nyambi tugas dinas ?)
SEMENTARA : 28072020 (Rehat dulu .... nyambi tugas dinas ?)
PLUS BLOG 3
listing of PLUS BLOG 3.rar
|
|||
file
|
as jpg
|
timestamp
|
size
|
PLUS BLOG 3
|
2020-07-28 17:29
|
||
2020-07-28 17:20
|
222280
|
||
2020-07-28 17:20
|
533143
|
||
2020-07-28 17:24
|
224171
|
||
2020-07-28 17:24
|
534319
|
||
PLUS BLOG 3/UJIAN PRAKTEK
2016
|
2020-07-28 17:27
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar